Mohon tunggu...
Heru Sudrajat
Heru Sudrajat Mohon Tunggu... Wiraswasta - pernah menjadi PNS di Disnaker Propinsi Jambi dan pernah bekerja di Harian Sriwijaya Pos Palembang

Pernah bekerja diharian Sriwijaya Pos Palembang sebagai wartawan.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pilkada, Ajang Uji Kesadaran dan Kedewasaan

15 Maret 2018   06:20 Diperbarui: 15 Maret 2018   08:30 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: sinarharapan.net)

Sungailiat.

Suhu pemilihan bupati dan wakil bupati Kabupaten Bangka sekarang ini, biasa-biasa saja, tidak panas dan tidak adem. Sepertinya warga masyarakat wilayah ini sudah dewasa dalam berpolitik serta timses-timses paslon juga mulai mengerti arti pesta demokrasi yang sesungguhnya. Para paslon pun juga santun-santun bertutur, tanpa harus menjual kecap nomor satu. Atau menyentuh perasaan orang lain yang membuat luka dihati.

Pemilihan kepala daerah, merupakan ajang  adu uji kedewasaan bagi para calon yang maju serta para partai pengusung pendukung untuk menguji sejauh mana partai itu dalam berkiprah digandrungi rakyat. Toh tanpa rakyat, sebuah partai tidak ada apa-apanya, meski sebenarnya rakyatnya yang digombali partai. 

Pesta demokrasi lima tahun sekali ini juga bisa jadi ajang pencarian rezeki dadakan, dimana berputarnya uang didaerah semakin kencang. Meski lain paslon lain pula rezeki yang diperoleh rakyat. Sungguh tak ada pergerakan yang tidak mengeluarkan biaya dan itu sudah membudaya dimana-mana. Bahkan biaya ini yang membuat berputarnya orang-orang sebagai timses-timses maupun relawan juga ikut berputar berganti haluan dari paslon satu ke paslon lainnya. Dengan dasar perolehan rezekinya lebih gede paslon sebelah. 

Lebih konyolnya lagi semua paslon diamini dan uangnya diambil semua. Ini gambaran buram kurang dewasanya rakyat dalam menentukan sikap. Sehingga panen duit lima tahunan sekali ini, cermin kurang kedewasaan masyarakat untuk konsisten menentukan calon yang dikehendaki. Tanpa memperhitungkan kualitas calon, yang penting dapat rezeki banyak. begitu rapuhnya sistem pemilihan kepala daerah.

Meski ada Panwaslunya dan ada aturan kuat yang dibuat tidak diperbolehkan main politik uang dipilkada, tapi tetap saja secara diam-diam bersliweran bagi-bagi rezeki. Mungkin kedepannya harus diciptakan aturan yang kuat untuk melarang pilkada tanpa uang. Memang membutuhkan proses panjang, namun butuh kesadaran kedewasaan para calon, pimpinan dan pengurus partai serta rakyat untuk lebih dewasa dalam meramaikan pemilihan kepala daerah. Semoga. (heru sudrajat)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun