Puasa  bukan sekadar menahan rasa haus dan lapar, serta hawa nafsu. Begitu juga idulfitri, bukan hanya perayaan hari kemenangan dengan suka cita berkumpul bersama keluarga sambil menikmati kue plus ketupat lebaran.
makna puasa adalah melatih rasa bersyukur dalam menjalani kehidupan  menjadi fitri. Gadis semata wayang dari pasangan Supriyanto dan Yuni ini  betah melakoni wira-wiri Magelang -- Yogyakarta demi pemotretan dengan mengenakan hijab, dunia yang digelutinya secara serius sejak  kuliah di Jurusan Manajemen Pendidikan UNY tahun 2018.
Bagi Aninda Afidatu yang berprofesi sebagai fashion model,"Setelah Ramadhan, saya berharap semoga  menjadi manusia yang selalu bersyukur, menjadi lebih baik dari sebelumnya. Berguna bagi sesama," jelasnya ramah.
Pernyataan  senada diungkapkan Desi Fitria Rustanti, mantan model hijab yang sekarang berprofesi sebagai apoteker.
"Makna puasa ramadhan adalah  melatih  menahan hawa nafsu. Di samping mencari pahala sebanyak-banyaknya. Mendekatkan diri, bermuhasabah agar ke depannya menjadi lebih baik dengan Ridho-Nya," jelas wanita penyuka anggrek ini.
Perempuan jebolan S1 Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, lebih jauh mengungkapkan bahwa idulfitri bukanlah hari kemenangan semata. Tapi media untuk instrospeksi diri,  ikhtiar dan doa. Hal itu dilakukan agar apa yang  diupayakan dalam satu bulan  penuh menjadikan seseorang lebih baik lagi.
Perempuan yang pernah beberapa kali memenangi lomba baca puisi di Yogya ini juga berharap idulfitri tahun ini lebih baik lagi.
"Semoga ibadah kita selama ini diterima Allah. Iman dan ketakwaan  semakin bertambah, bisa beribadah lebih baik lagi."
Bagi finalis Duta Bahasa DIY (2020) sekaligus lulusan terbaik dan tercepat Fakultas Bahasa dan Seni UNY (2022), Sotyarani Padmarintan (sering disapa Rintan), puasa pada dasarnya menahan lapar, dahaga, maupun amarah. Namun sebetulnya, keindahan dari segala proses "menahan" itu adalah bagaimana kita mengolah rasa ketika "menahan". Pengolahan rasa itu yang kemudian  membawa kita menuju proses pendewasaan pikir, hati, dan mental.Â
"Ketakwaan dan keimanan akan mengikuti dengan sendirinya ketika kita bisa berhasil mengolah segala kompleksitas rasa tersebut," jelas Rintan.