Mohon tunggu...
Herry Darwanto
Herry Darwanto Mohon Tunggu... Freelancer - Ingin menikmati hidup yang berkualitas

Penyuka musik keroncong & klasik, gemar berkebun, penggemar jajan pasar

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dari Rumah untuk Laut Bening

21 Februari 2019   15:11 Diperbarui: 21 Februari 2019   15:22 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari peduli sampah (21 Februari) ini ada baiknya kita isi dengan suatu tindakan yang sederhana dan gampang dilakukan. Yaitu kita pilah sampah yang akan kita buang ke dalam 3 bagian saja, yaitu (i) sampah organik seperti sisa-sisa makanan dan bahan-bahan untuk masak, (ii) sampah plastik seperti tas kresek, bungkus snack, gelas dan botol minuman terbuat dari plastik, dan (iii) sampah anorganik lain seperti gelas, kaleng, besi, kasur, barang-barang elektronik, dan sebagainya yang diikat rapih. Ketiga jenis sampah tadi diletakkan ke dalam 3 wadah yang berbeda, berupa ember tertutup, atau karung bekas, atau apa saja. Ketiganya lalu kita taruh diluar rumah untuk diambil oleh petugas sampah. 

Itulah cara kita mengisi hari peduli sampah kali ini. Tapi besok kita lakukan lagi, dan besoknya lagi, sehingga menjadi suatu kebiasaan. Agak sulit pada mulanya, tapi kalau sudah terbiasa, akan tidak sulit lagi, seperti layaknya kita mandi pagi dan sore hari.

Kemana sampah-sampah itu? Proses berikutnya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, dari walikota/bupati sampai pengurus RT/ RW. Mereka harus memastikan bahwa sampah rumah tangga akan diangkut ke tempat pengolahan sampah sementara  (TPS) hingga akhir (TPA), untuk kemudian ditimbun, dibakar atau diolah menjadi listrik, dan sebagainya. Sebelum diproses, seluruh sampah yang tiba di TPA harus dipilah ke dalam beberapa kelompok. Tujuannya untuk mempermudah pemrosesan berikutnya. Maka jika setiap rumah sudah memilah sampah, proses pengolahan sampah menjadi cepat dan mudah.

Armada truk sampah pemda mengangkut sampah berdasarkan jenisnya pada hari-hari tertentu. Misalnya sampah organik diangkut setiap hari, tapi sampah plastik hanya setiap hari Selasa, dan sampah anorganik lain setiap Kamis minggu ke dua dan ke empat. Maka warga pun perlu menyesuaikan dengan jadual pengangkutan sampah menurut jenisnya ini.
Dengan demikian maka waktu dan biaya pengangkutan, pembongkaran dan pengolahan akan bisa dihemat. Hasil penghematan biaya ini dapat dipakai untuk program kesejahteraan sosial atau untuk membuat dan merawat taman-taman kota.

Bagaimana kalau pemda tidak mempunyai program pengangkutan dan pengolahan sampah secara sistematis dan tidak menyediakan tempat khusus untuk masing-masing jenis sampah?  Nah ini menjadi tugas kita yang lain. Pertama, kita harus memilih calon kepala daerah dan calon legislator (DPR/DPRD) yang peduli sampah saat Pilkada berlangsung. Yang kedua, jika pemda tetap tidak menyediakan sarana pengumpulan sampah yang berbeda, maka kita secara bergotong royong perlu mengusahakannya sendiri secara swadaya. 

Untunglah, sekarang ini ada dana desa dan (akan) ada dana kelurahan yang dapat dipakai untuk membiayai pembuatan dan pengoperasian tempat-tempat penampungan sampah sementara menurut jenis sampah. Sampah yang sudah terpilah-pilah ini dapat dijual kepada pihak-pihak yang memerlukan. Komponen-komponen sampah memang barang ekonomi yang dapat diperjualbelikan.  Tidak heran kini ada bank-bank sampah di berbagai kota yang dikelola oleh komunitas peduli lingkungan atau usaha jasa swasta. Setiap RT/ RW atau desa/kelurahan juga dapat mempunyai bank sampah sendiri. Tugas kita adalah mengusulkan kepada ketua RW, lurah atau kepala desa untuk membuat TPS yang menampung ke 3 jenis sampah tersebut. 

Pekerjaan di atas cukup mudah namun berdampak besar bagi lingkungan, dari skala rumah hingga skala bumi. Lingkungan sekitar rumah menjadi bersih, indah, tidak berbau. Kota juga demikian, tidak ada sampah menumpuk yang bau, kotor dan mengganggu pemandangan. Selain itu sungai dan selokan juga tidak penuh dengan segala rupa sampah, termasuk sampah plastik yang susah didaur ulang. Danau, situ, waduk dan laut tidak menjadi tempat pembuangan sampah umum. Semua itu dapat terwujud dalam waktu yang tidak terlalu lama, jika kita semua melakukan pemilahan sampah dari rumah hingga tempat pembuangan akhir secara bersistem dan teratur.

Setiap melihat peta bumi di televisi, kita pasti melihat kepulauan Indonesia. Kelak kita dapat tambahkan bahwa selain pulau-pulau yang indah nan hijau, lautnya pun bening, karena bersih dari plastik dan sampah-sampah lain.

Semoga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun