Saya tidak menduga, Dekan kami, Dr Desvian Bandarsyah, membuat inovasi dalam sistem perkuliahan. Beliau menjawab tantangan wacana Kampus Merdeka, diawal-awal sosialisasinya dengan 'menitipkan' mahasiswa dalam kerja riset dosen selama dua semester, yang hasilya dapat digunakan sebagai tugas akhir syarat kelulusan.
Jadilah Regitha - satu dari 7 mahasiswa lainnya, menjadi asisten riset saya di kelompok riset yang saya berinama L8 Education Research Group. Ya karena ruang kerjanya ada di Lantai 8 Gedung FEB yang megah itu.Â
Selama lebih dari 8 bulan, kami kerja keras dalam salah satu payung riset 'Teacher professional development in ELT'. Regitha mengambil bagian dalam data-data terkait keinginan siswa untuk berkomunikasi dalam F2F dan digital settings, mengadopsi framework Lee and Hsieh (2019).
Dan kami juga bersyukur, Lembaga Penelitian dan Pengembangan (LEMLITBANG) UHAMKA yang dikomandoi oleh Prof. Dr. Suswandari Budiharto memberikan grant riset internal dalam skema Penelitian Kolaborasi Dosen-Mahasiswa (PKDM).
Regitha rutin hadir dan bekerja dari pukul 9 sampai 16 dari Senin sampai Jumat. 6 jam setiap minggu. Melakukan tahapan-tahapan kegiatan penelitian yang kami sudah rancanakan. Sesekali harus keluar untuk mengambil data.
Kami belajar bersama. Mulai dari diskusi, running analisa data bekali-kali, sampai menuliskan draft.
Beberapa waktu yang lalu kami menerima kabar, bahwa artikel data yang kami tulis telah terbit. Artikel data itu satu dari tiga artikel yang kami submit.
Regitha senang sekali. Saya dua kali lebih senang dari Regitha. Satu kesenangan lainnya melihat mahasiswa bimbingan telah melengkapi syarat akhir untuk lulus. Hilang sudah dahaga.
Dengan publikasi itu, Regitha lulus dengan A, tanpa harus menuliskan skripsi. Alhamdulillah.
Regitha telah Merdeka.Â
Kampus kami - UHAMKA, dengan FKIP-nya telah memberikan kemerdekaan bagi Regitha. Kemerdekaan untuk belajar, melalui proses riset yang panjang, dengan muara publikasinya.
