Mohon tunggu...
Hermansyah Siregar
Hermansyah Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN

Menguak fakta, menyuguh inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Strafzettel, Surat Cinta (Tilang) Buatan Jerman

10 Juni 2018   01:03 Diperbarui: 10 Juni 2018   21:22 2987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
                                      Dok pribadi

Smartphoneku tiba-tiba berbunyi bertubi, aplikasi whatsapp mengindikasikan banyak pesan masuk. Ntar ajalah bacanya nunggu waktu senggang... Klo bunyi seperti ini biasanya orang rumah lagu curhat. Paling sedang kesal sama anaknya dan seperti biasa bapake akan berikan jawaban standar, "Sabar ya mi."

Tapi kali ini beritanya gak lazim, orang rumah lagi meradang kesal sama petugas penertiban parkir karena mobil hanya parkir sekejap aja untuk mengambil barang di dalam toko, tapi terkena sanksi tilang. Lebih tepatnya merasa mobil hanya berhenti sejenak (S) bukan parkir (P). Petugas gak peduli dan bersikap rada budeg. Yang jelas bagi petugas, mobil berhenti melewati garis kotak parkir walau hanya seperempat badan tapi itu sudah melanggar aturan dan mengganggu pelalulintas lainnya.

Orang rumah protes merasa mendapatkan perlakuan yang tidak adil karena sering melihat mobil lain parkir seperti itu tapi gak ditilang, apalagi sudah bayar biaya parkir pada mesin parkir. Petugas cuek dan seperti orang budeg saja, kemudian menyelipkan kartu merah tilang di wiper kaca mobil seperti wasit bola mengibaskan kartu memerintahkan pemain yang tidak sportif keluar dari lapangan.

Aku bilang, percuma aja kita protes. Tahu sendirikan tipikal orang Jerman klo sudah yang namanya aturan, mau pakai pendekatan persuasif atau meradang pun mereka gak akan peduli. Rule is rule. Aturan adalah aturan. Silakan protes, tapi ada jalurnya. I am just doing my job. That's it.

Dok pribadi
Dok pribadi
Kalau ada orang yang lain menyalahi aturan parkir dan tidak dihukum, itu namanya nasib baik. Tidak setiap saat petugas hilir mudik memperhatikan tertib tidaknya baris antrian kendaraan di dalam marka parkir dan juga sesuai tidaknya waktu lama antrian pada karcis parkir dengan keberadaan kendaraan pada suatu lokasi parkir.

Di Jerman tidak ada yang namanya juru parkir. Tiap-tiap parking lot sudah disediakan rambu dan garis batas parkir. Pengendara harus memarkir kendaraannya sendiri karena saat belajar untuk mendapatkan SIM, sudah pada diajari cara memarkir kendaraan yang benar. Pembayaran biaya parkir dilakukan sendiri oleh pengguna pada mesin parkir yang tersedia.

Besar kecilnya pembayaran pada mesin parkir tergantung lamanya parkir yang dikehendaki pengguna. Mahalnya biaya parkir di negara maju menyebabkan banyak kendaraan yang berupaya mencari lokasi parkir yang gratis atau membayar biaya yang tidak sesuai dengan lamanya waktu parkir.

Yang menyebabkan sulitnya mendapatkan lokasi parkir di kota tua seperti Berlin dan kota Eropa lainnya adalah tidak tersedianya lahan parkir pada basement gedung besar dan tinggi karena gedung-gedung tersebut kebanyakan adalah gedung tua yang walaupun sangat megah berdiri kokoh tapi tidak didesain mempunyai basement parkir. Arsitek jaman dahulu belum kepikiran mendesain tempat parkir kendaraan di bawah gedung bergaya gothic atau renaissance.

Keadaan ini menyebabkan lokasi parkir yang tersedia di tengah kota umumnya di area bahu jalan bersisian dengan jalur pedestrian yang lahannya sangat terbatas. Terlebih parah lagi kota tua Praha yang lebih banyak bangunan tuanya. Mendapatkan lokasi parkir yang lowong dipinggir jalan seperti mendapatkan lotere.. kegirangan. Pengemudi bisa senewen dan penumpang bisa mabok pusing diajak muter mencari lotre.

Saking terbatasnya lahan parkir, pemerintah kota Praha membuat kebijakan memberikan warna garis/marka parkir yang berbeda bagi kendaraan yang berasal dari negara Ceko dan luar Ceko. Kalau kita parkir bukan pada lahan parkir yang warna garisnya sesuai maka tunggu saja terkena razia.

Sulitnya mendapatkan lokasi parkir menyebabkan banyak pengendara nekat melanggar aturan walaupun mereka sadar akan sanksinya. Kalaupun salah memarkir kendaraan tidak ada orang lain yang akan menegur dan kepo. Tinggal menunggu nasib baik atau buruk, petugas datang atau alpa merazia dan memberikan sanksi.

Kalau mengalami kejadian seperti ini, rasanya lebih enak berkendaraan di Indonesia daripada di luar negeri. Tiap lokasi parkir di Indonesia terdapat juru parkir (Jukir) berbekal pluit dan baju orange. Pengendara sangat dimanjakan saat parkir. Jukir selalu dengan semangat mengarahkan kendaraan agar parkir pada tempatnya dan dengan senyum sumringah menagih biaya parkir yang cukup murah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun