Tumbangnya Orde Baru ditandai dengan rontoknya dinasti Presiden Soeharto yang berkuasa lebih dari tiga dasawarsa. Setelah itu muncul masa reformasi, ditandai dengan terbukanya secara lebar kebebasan berekspresi dan menyatakan pendapat, bahkan partai politik yang sebelumnya diatur secara ketat dan hanya diikuti oleh tiga partai gajah, kini lebih longgar dan dipermudah syarat dan rukun-rukunnya.
Maka partai-partai baru yang kemudian memunculkan tokoh-tokoh politik baik skala nasional maupun lokal. Harus diakui bahwa munculnya tokoh-tokoh nasional di Orde Reformasi karena peran partai atau sebaliknya, ketokohannya yang menjadikan sebuah partai terkatrol dan tetap eksis.
Para pelakon politik selalu muncul di tiap masa. Mereka adalah figur-figur yang menjadi panutan masyarakat luas. Bahkan lebih dari itu semua, tidak sedikit tokoh politik memiliki massa yang fanatik, sehingga apa pun yang dikatakan oleh sang figur seakan jadi kredo bagi pendukungnya, dan perbuatannya menjadi anutan para pengikutnya.Â
Ada adagium, "Langit itu biru, tapi kalau tuan bilang langit itu hitam maka saya percaya kata tuan". Pernah ada seorang pengikut tokoh yang mengambil air bekas cucian kaki panutannya untuk ia minum dan jadikan jampi