Mohon tunggu...
Herman Susilo
Herman Susilo Mohon Tunggu... Human Resources - Pegiat sosial yang menyukai dunia sumber daya manusia

Love being husband & father of three. Enjoying social works, human relations & strategic management

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Timbangan Timpang

23 Oktober 2017   17:37 Diperbarui: 23 Oktober 2017   17:52 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah pada tahun 2015 saya menemani seorang pejabat Dinas Sosial Provinsi Bengkulu turun ke daerah. Perjalanan tiga jam kami habiskan dengan berbincang ringan. Lelaki sederhana yang murah senyum itu tiba-tiba bertanya, "Pak Herman, tahukah penyebab banyaknya kebakaran pasar?" 

Sejenak saya berpikir. Lantas saya jawab berdasar berita-berita di media massa, "Ya kebanyakan karena korsleting listrik, memangnya kenapa Pak?" tanya saya penasaran. Ia menghela nafas panjang. "Pak Herman benar!" Lirihnya. "Tapi pernahkah Pak Herman terpikir, jika di pasar itu ada penyebab utama lainnnya?" Saya diam. "Hmmm.. maksudnya apa ya," saya berguman dalam hati. "Saya tidak tahu Pak."

"Ada timbangan timpang. Aslinya 8 Ons tercatat 1 Kg, barang cacat dibilang sempurna, barang kurang dikatakan lengkap, barang bekas dicap baru, barang tiruan disebut asli," jelasnya. "Ya saya nggak mengatakan semua pedagang di pasar seperti itu, karena saya pun berdagang," lanjutnya. "Tapi sedikit saja praktek curang seperti itu bisa menjadi penyebab terjadinya musibah besar," katanya seraya mengusap keringat di dahi. "Jadi timbangan timpang itu adalah kecurangan, kalau sudah curang maka berkah menjauh dan musibah melanda," tutupnya kalem.

Saya terhenyak! Pikiran langsung ke program sosial, bantuan sosial untuk orang miskin. Terbayang jika kecurangan terjadi, disengaja dan dinikmati oleh para pelaksana program sosial. Bukan timbangannya yang timpang, tapi mengurangi bantuan orang miskin dan masuk kantong pribadi. Bersiasat memperkaya diri dari uang yang bukan haknya. Mengejar keuntungan sedikit lupa kerugian besar.

Siapa pelakunya? Pusat hingga daerah punya potensi terjerumus di dalamnya. Last, jika kecurangan berlangsung sistemik bukan tak mungkin program sosial ini akan hancur hingga keakar-akarnya. Berkah menjauh musibah pun melanda. Naudzu billahi min dzalik!

Jadi, mari jaga timbangan itu tidak timpang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun