Mohon tunggu...
Herman Efriyanto Tanouf
Herman Efriyanto Tanouf Mohon Tunggu... Penulis - Menulis puisi, esai, artikel lepas

Founder dan Koordinator Komunitas LEKO Kupang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rendah Hati Menyikapi Peristiwa Papua

24 Agustus 2019   03:22 Diperbarui: 25 Agustus 2019   10:37 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: akun instagram PSSI

Menjadi orang Indonesia ialah suatu kebanggan lebih. Hidup bersama dalam satu rumah, yang sama. Hidup sebagai saudari dan saudara, itu wujud persatuan. Anda dan saya sebagai bagian intim dari bangsa Indonesia, memang sering merasa bangga, sebab ini negeri dihuni bangsa yang besar, itu kita, di rumah kita.

Ya, namanya juga rumah. Kadang, 'piring dan gelas' perlu dibunyikan (selagi tidak pecah), agar kita mampu mengerti lalu memahami arti dari persatuan itu sendiri. Namun keseringan bisa menjadikan kita dimangsa ego hingga actus yang menyata, bisa saja tidak berabad.

Keseringan itulah pertanda adanya superioritas. Ada individu/ bangsa/ suku/ golongan tertentu ingin 'melebihi' yang lain. Artinya, bangsa yang majemuk selain sebagai wujud kekuatan, dalam situasi tertentu dapat melahirkan 'keterasingan'.

Peristiwa Papua menjadi satu catatan penting bagi bangsa Indonesia untuk lebih berbenah lagi. Kita perlu berefleksi bahwa persatuan tengah diguncang, oleh kita sendiri. Kita boleh sepakat dengan Ligia Judith Giay bahwa "rasisme adalah masalah Indonesia, bukan orang Papua", pernyataan yang kemudian menjadi judul tulisannya.

Kebanyakan orang terjebak dalam berbagai stigma buruk tentang Papua, konyolnya beberapa media pemberitaan pun kerapkali menjadikan itu sebagai judul pemberitaan. Disadari atau tidak, media-media turut berkontribusi dalam 'memancing' rasisme di Indonesia.

Media-media yang tidak netral adalah wujud superioritas yang lain. Media, khususnya jurnalis tampaknya mengabaikan kode etik jurnalistik yang memuat jurnalisme damai, sebagaimana dikemukakan Aliansi Jurnalis Independen (AJi) Indonesia. Kepentingan 'mengejar klik' menjadi prioritas, minim referensi (data), lebih mengandalkan 'hitz media sosial'.

Negara, dalam hal ini pemerintah juga belum mampu mengatasi perselisihan yang ada. Masih lebih banyak kata 'maaf' dan sejenisnya yang selalu diserukan. Bahkan ada gejala ketakberpihakan pemerintah terhadap orang-orang Papua. Salah satu contoh adalah memperlambat akses internet (disinformasi) di Papua.  Hanya itu sajakah yang bisa dilakukan pemerintah? Sudahkah para pelaku ujaran rasis ditindak tegas?

Pemerintah dan semua pihak, termasuk kita perlu 'masuk' ke dalam persoalan. Sebagai bangsa yang majemuk, keangkuhan dari pihak tertentu sering ditonjolkan. Peristiwa Papua bisa mengukur sejauh mana kerendahan hati dan sikap saling menghargai sebagai samasaudara.

Kita perlu 'menanam, menumbuhkan dan memelihara' sikap tersebut. Adalah mulia ketika individu-individu ataupun kelompok-kelompok terus menjadikan itu sikap sebagai spirit yang harus dibangun, bersama! Pemerintah perlu rendah hati dalam mengatasi masalah yang ada, masyarakat pun perlu rendah hati dalam menyikapi setiap masalah dengan tidak membuat situasi 'memanas'.

Sebagai Negara dan bangsa yang besar pun kita hendaknya mampu menerima kemajemukan sebagai resiko yang memang tidak dapat dihindari. Maka rendah hati adalah gerbang masuk bagi adanya persatuan-persaudaraan. Bersama Iksan Skuter, kita berkata sembari bernyanyi: Papua Kucinta

Hitam kulitku bukan berarti kami dendam denganmu
di penjuru dunia tanah kami paling kaya
Papua Papua kucinta

Panah dan tomba bukan untuk menyerangmu
kami ada sebelum republik ini tercipta
Papua Papua kucinta

dst...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun