Mohon tunggu...
Herlina Pratiwi
Herlina Pratiwi Mohon Tunggu... Aktor - karyawan swasta

Saya seorang karyawan swasta, mempunyai hobi membaca, sebelumnya memang tidak pernah menulis suatu karya, tapi saya tertarik untuk bisa menulis hal yang bisa dibaca orang lain seperti kisah atau ceritanya yang selalu saya baca.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kisah Inspiratif dalam Mengendalikan Amarah

29 Juli 2022   15:30 Diperbarui: 29 Juli 2022   15:32 3445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ada banyak hal untuk mendapatkan motivasi dalam diri kita yaitu salah satunya adalah dengan membaca kisah inspiratif dari orang lain. Kisah yang mungkin hanya dimiliki oleh segelintir orang. Dan kisah itu akan mampu digunakan agar bisa dijadikan pelajaran untuk orang lain. Agar kalian semakin paham apa sih kisah inspirasi milik orang lain yang bisa kita jadikan sebagai motivasi dan semangat hidup kita untuk dijadikan pelajaran. 

Kita akan belajar dari kisah seorang anak laki- laki yang memiliki sikap temperamen yang sangat buruk. Lalu dia diberikan sekotak yang berisi banyak paku didalamnya oleh ibunya. Ibunya berkata ," Nak bukalah kotak itu dan lihat isinya," 

Anak itu kemudian membukanya dan kaget melihat isinya, lalu dia bertanya kepada ibunya" Untuk apa ibu memberiku paku yang amat banyak ?" 

Ibunya menjelaskan," Nak jika kau dalam keadaan marah kau pukul paku itu ke pagar, hitunglah berapa paku yang tertancap dipagar itu, jika semakin hari semakin berkurang, kau bisa datang dan ceritakan kepadaku tentang itu" Anak itu bingung tapi dia akhirnya mengikuti apa yang diperintahkan sang ibu.

Kebesokan harinya adalah hari pertama setelah diberikan paku itu kepadanya,ia menancapkan paku sebanyak 30 buah. Namun seiring berjalannya waktu ternyata paku yang ia tancapkan ke pagar mulai berkurang. Hingga beberapa hari kemudian, ia berhasil tidak menancapkan pakunya ke pagar. Dia teringat akan ucapkan ibunya jika semakin berkurang dia diperintahkan untuk menemui ibunya dan menceritakan itu. Keberhasilannya itu akhirnya ia ceritakan kepada ibunya. Sang ibu pun memberikan perintah lagi untuk mencabut semua paku yang sudah dia tancapkan di pagar. Lalu anaknya itu melakukan tugasnya, lalu dia kembali lagi menceritakan itu kepada ibunya.

Lalu ibunya mengajak anaknya untuk keluar bersamanya agar melihat pagar itu dan berkata “Hebat nak kamu telah menyelesaikan tugasmu itu dengan baik. Kamu telah berhasil menguasai rasa marahmu juga. Tetapi ibu ingin bertanya padamu bagaimana dengan keadaan pagar itu setelah kau lubangi paku, lalu kau cabut paku- paku itu apa masih tetap ada lubang yang muncul dari bekas tancapan paku itu?” tanya ibunya.

Lalu ibunya kemudian memberikan penjelasan dengan berkata “Lubang paku ini seperti amarah yang kamu ucapkan kepada orang- orang lain. Mungkin kau sudah meminta maaf kepadanya dan berjanji tidak akan mengulanginya. Namun apa luka yang mereka dapat itu bisa sembuh secara cepat ?” jelas ibunya.

Dari cerita itu, kita bisa belajar bahwa ucapan dan tindakan kita yang diikuti oleh rasa marah hanyalah akan memberikan bekas luka kepada orang lain. Meski kita sudah mengucapkan permintaan maaf kepada orang lain, namun apakah kita dapat menjamin luka yang mereka rasakan dari ucapan atau tindakan yang kita lakukan selama ini atas dasar amarah bisa sembuh secara langsung, mungkin tidak secepat itu. Bukan tentang seperti apa cara mereka untuk mengucapkan permintaan maafnya itu ke kita, tetapi kita sebagai manusia harusnya bisa mengendalikan emosi hingga tidak membuat orang lain tersakiti.

Mungkin memang benar kata bahwa lidah adalah salah satu bagian tubuh yang tidak bisa membunuh orang lain. Tetapi ternyata ucapan atau kata- kata yang terucap dari mulut kita itu adalah salah satu senjata yang bisa menyakiti orang lain tanpa kita sadari. Maka itu, ada baiknya kita bisa mengontrol emosi agar tidak menyakiti orang sekitar kita. Semua butuh proses, namun jika kita berusaha pasti akan berhasil penegendalian emosi diri kita juga akan lebih mudah tercapai.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam didalam sebuah hadist yang diriwayatkan kepada Bukhari bersabda bahwa," Keselamatan manusia tergantung dari kemampuannya menjaga lisan. Menjaga lisan sangatah penting sebab lisan ternyata seperti sebuah pisau yang bila salah menggunakannya maka akan menyakiti orang lain."

Di zaman seperti ini pun ternyata ketajaman lisan bisa berupa tulisan- tulisan yang diketik melalui media sosialnya. Seharusnya manusia menulis sesuatu dengan tidak membuat orang lain tersinggung atau pun sakit hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun