Mohon tunggu...
Tarigan Sibero
Tarigan Sibero Mohon Tunggu... Pilot - Pensiunan yang masih gemar menulis

Lulusan AAU-64 | Pecinta Berat C130 Hercules | Penulis Buku 50Tahun Hercules | Pernah bekerja sebagai Quality Control and Assurance di sebuah Sekolah Penerbang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Leo Wattimena, Perwira Tinggi Pertama Injakan Kaki di Bumi Cendrawasih

22 Januari 2021   18:32 Diperbarui: 22 Januari 2021   18:51 1537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Leonardus Willem Johanes Wattimena (Sumber : Wikimedia Commons)

Seandainya pun minta saran dan pendapat kepada Perwira penghubung, sudah pasti mereka juga tidak berani untuk memberi keputusan. Lapangan Udara Mokpah sudah terlewati, Leo Wattimena masih berdiri di belakang Letnan Kolonel Udara M. Slamet, menunggu pelaksanaan instruksinya, sementara Letnan Kolonel Udara M. Slamet terus memutar otaknya. Letnan Kolonel Udara M. Slamet tahu persis sifat dan temperamen Leo, karena mereka satu kelas ketika mengikuti pendidikan penerbang di TALOA.

Akan tetapi dalam kondisi seperti saat itu, Leo adalah atasannya sehingga kalau menolak instruksi Leo, berarti sama dengan menolak perintah atasan.

Dengan melirik ke arah Co-Pilot, Mayor Udara Hamsana, Letnan Kolonel Udara M. Slamet menarik satu tuas propeller ke arah "feather" sehingga satu engine dalam keadaan mati. 

Dengan demikian kondisi pesawat dapat dikategorikan sebagai dalam keadan darurat sehingga pasti diizinkan untuk mendarat di lapangan udara Mokpah. Dalam kontak radio dengan pengawas lalu lintas penerbangan Mokpah, Letnan Kolonel Udara M. Slamet melaporkan pesawat mengalami satu mesin mati dan minta izin untuk melakukan pendaratan darurat di Mokpah.

Dengan akal-akalan Captain Pilot seperti itu, Leo Wattimena berhasil sebagai Perwira Tinggi Indonesia menjejakkan kaki pertama kali di daratan Irian Barat setelah TRIKORA dicanangkan.

Untuk mengantisipasi situasi terburuk terjadi setelah pesawat mendarat, M. Slamet mengehtikan dan parkir pesawatnya diujung landasan agar bisa segera "GO" apabila ada hal-hal yang mencurigakan dari pihak Belanda.

Suasana pada awalnya memang diliputi ketegangan, ketika Leo Wattimena sudah turun dari pesawat dan dikerumuni oleh serdadu-serdadu Belanda bercelana pendek.

Namun ketegangan menjadi cair, setelah menyaksikan dan mendengar gelak tawa penuh pershabatan antara Leo Wattimena dengan serdadu-serdadu Belanda.

Tidak mengherankan, karena Leo yang memang sangat fasih berbahasa Belanda melayani setiap petanyaan dengan bahasa Belanda dan diselingi dengan humor-humor segar.

Sementara awak pesawat berpura-pura memperbaiki pesawat pada mesin yang "rusak", Leo Wattimena diajak oleh serdadu-serdadu Belanda ke gedung terminal sekadar untuk minum kopi sebelum akhirnya berpamitan untuk kembali ke Ambon.

Awak pesawat Hercules lain yang sudah terlebih dahulu mendarat di Ambon dari melaksanakan misi yang sama di daerah Sorong dan Kaimana/Teminabuan beramai-ramai menyambut kedatangan pesawat C-130 Hercules/T-1305 untuk mengucapkan selamat kepada Panglima mereka yang berhasil menjejakkan kaki di daratan Irian Barat, lapangan udara Mokpah Merauke dengan cara heroik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun