Mohon tunggu...
Herini Ridianah
Herini Ridianah Mohon Tunggu... Guru - write with flavour

pemerhati sosial dan pendidikan, guru les MIPA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Waspada! Hilangnya Gairah Membaca Berakibat Fatal

9 Desember 2017   22:43 Diperbarui: 9 Desember 2017   23:00 1297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak yang tak menyadari, perintah membaca (Iqra!) yang merupakan perintah pertama di dalam Al Qur'an memiliki makna yang mendalam bagi kehidupan manusia. Allah SWT memerintahkan umat manusia untuk senantiasa membaca ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniyah. Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur'an. 

Sedangkan ayat kauniah adalah ayat atau tanda-tanda kebesaran Allah SWT baik berupa bentuk benda, kejadian, peristiwa alam yang ada di sekeliling kita. Oleh karenanya, banyak ayat di dalam Al-Qur'an yang berisi seruan untuk berpikir dan membaca  tentang apa yang ada di dalam diri, hakikat penciptaan alam semesta, juga kehidupan.

Beberapa contoh aktivitas membaca dalam kehidupan sehari-hari antara lain, seorang ibu membaca anaknya, seorang guru membaca muridnya, Ilmuwan membaca ilmu, aktivis lingkungan membaca alam, pemerintah membaca rakyatnya.  Berbagai konflik yang terjadi, tanpa disadari berawal dari gejala hilangnya  gairah membaca. Ketidakpedulian terhadap masalah yang harus dihadapi, abai terhadap tanggung jawab adalah salahsatu ciri seseorang telah terjangkiti penyakit malas membaca.

Hilangnya gairah membaca bisa terjadi karena kebiasaan berpikir dangkal, yaitu cepat menyimpulkan hanya berdasarkan fakta di hadapan. Penyebab lainnya adalah kebiasaan berpikir global atau menggeneralisir semua masalah. Padahal setiap masalah punya solusi yang khas.   Merasa diri punya ilmu sehingga malas mencari ilmu yang lainnya pun bisa menyebabkan seseorang berhenti membaca. Sungguh fatal akibatnya bagi kehidupan jika gairah membaca sudah hilang dalam benak masyarakat.

Seorang ibu yang pandai membaca anaknya, akan melahirkan generasi penerus yang unggul. Ia akan dengan sabar mendidik anaknya menjadi pribadi yang mulia, selincah apapun anaknya  menguji kesabarannya. 

Ketika anaknya marah, ia memilih bijak menyikapinya dan menghindari sikap reaktif. Ia pun akan pandai mengarahkan potensi anaknya sejak dini agar menjadi pemimpin orang-orang yang beriman kelak di kemudian hari. Generasi shahabat, Zaid bi Tsabit, Imam Syafii, Muhammad al Fatih adalah contoh generasi unggul yang lahir dari  kecerdasan bacaan ibunya.  

Begitupun seorang guru yang pandai membaca muridnya, ia akan menjadi guru yang bijak menyikapi ulah muridnya. Sehingga ia akan pandai mendidik dengan hati, merangkul siswa yang bermasalah untuk bangkit menjadi siswa yang berprestasi. Sebagai contoh, peran guru bu Muslimah dalam Laskar Pelangi sangat berkontribusi membuat murid-muridnya berani bermimpi besar.

Ilmuwan membaca ilmu, bermakna menjadi ilmuwan yang pandai berinovasi, mengembangkan ilmu pengetahuan dan mewujudkannya menjadi teknologi yang dibutuhkan masyarakat. Para ilmuwan bahkan pandai membaca mimpi kebanyakan manusia tentang teknologi masa depan.

Para aktivis lingkungan adalah sekumpulan orang yang pandai membaca alam. Kepedulian mereka terhadap kondisi alam sekitar menjadi cerminan bahwa perasaan mereka menyatu dengan perasaan alam. Disaat kebanyakan manusia menjadi penyebab terjadinya kerusakan alam di darat dan lautan, merekalah yang hadir menyelamatkan.

Pemerintah yang pandai membaca hati dan pikiran rakyatnya akan menjadi penguasa yang dicintai rakyatnya. Mereka akan mengeluarkan kebijakan yang berpihak pada rakyat bukan pada segelintir orang yang bermodal.

Tak dapat dibayangkan, betapa hancurnya kondisi dunia, tanpa kehadiran orang-orang yang pandai membaca. Akan sulit ditemukan keluarga yang harmonis, alam yang indah akan menjadi barang mewah, kehidupan yang kacau terjadi di berbagai tempat. Mengerikan!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun