Plong, begitu ketika pesawat yang saya tumpangi mendarat di Bandara El-Tari, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Perjalanan hampir 3 jam dari Jakarta kali ini terasa panjang dan melelahkan.Â
Tidak tahu kenapa, padahal itu bukan perjalanan terpanjang yang pernah saya lakukan. Semburat warna kuning di ufuk timur menandai akan terbitnya matahari di hari itu.Â
Untuk antri bagasi, sekitar 20 menit, baru kemudian kaki ini melangkah ke lobi, tempat kedatangan penumpang. Pak Ade, driver yang sudah dihubungi sebelumnya sudah menunggu dengan mobil-nya.
"Kita langsung ke Malaka, Pak?" Suara Pak Ade.
"Cari sarapan dulu."
"Baik pak."
Mobilpun meninggalkan pelataran, menuju sebuah titik. Titik tersebut, setelah sekitar sepuluh menit kemudian, yaitu sebuah rumah makan di komplek ruko. Terlihat bagunan ruko sekitar 6 ruko tersebut masih baru. "Ya, ruko ini masih baru pak. Salah satu-nya digunakan untuk jualan bubur ayam. Walau masih baru pengunjungnya antri. Rasanya enak, Pak. " Begitu ucap Pak Ade.
Begitu turun dari mobil, benar, tidak ada tempat kosong di tempat bubur ayam tersebut. Saya harus menunggu bersama rekan-rekan saya, sambil berdiri di sebelah mobil. Mengedarkan pandangan ke sekitar ruko. Jam masih menunjukan pukul 06.45 menit. Belum begitu ramai lalu lalang atau kepadatan lalu lintas di depan ruko.