Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berkomitmen Melakukan "Self Distancing" di Tengah Pandemi Corona

28 Maret 2020   17:27 Diperbarui: 28 Maret 2020   18:03 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Social Distancing - www.aljazeera.com

Wabah virus corona tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga terjadi di berbagai penjuru dunia. Upaya untuk meredam penyebaran corona ini, berbeda-beda setiap negara. Beberapa negara memutuskan melakukan ‘lockdown’. Sedangkan Indonesia sejauh ini memilih untuk melakukan ‘social distancing’, yang dianggap sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia.

Dengan ‘lockdown’ atau ‘self distancing’, membuat virus tidak lagi berkembang dengan mudah. Kok bisa? Karena manusianya lebih banyak tinggal di rumah. Dengan demikian, segala aktifitas di luar rumah menjadi berkurang. Negara-negara di Eropa, saat ini sedang berjibaku untuk menahan laju penyebaran virus yang mulai tak terkendali. Italia, Spanyol merupakan salah satu negara yang tingkat positifnya sangat tinggi. Bahkan, negara sekelas Amerika Serikat pun, juga masih terus berjibaku untuk melawan virus covid-19 ini.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Hingga 28 Maret 2020, jumlah penduduk yang positif mencapai 1.046 orang, meninggal dunia 87 orang, dan sembuh 46 orang. Dalam skala global, jumlah orang yang positif sudah tembus 532.263 orang, meninggal 24.090 orang dan sembuh 124.349 orang. Di Indonesia sendiri, penerapan ‘social distancing’ sudah mulai dilakukan di berbagai sektor, termasuk para pelaku usaha. Dampaknya, aktifitas perekonomian berpotensi melambat. Namun, hal ini merupakan keniscayaan yang harus dihadapi dari pada korban meninggal terus bertambah.

Di jaman Rasulullah SAW, juga pernah terjadi wabah yang mirip dengan corona. Wabah tersebut disebut thoun. Dalam sebuah riwayat disebutkan, agar menghindari wabah tersebut. “Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya” (HR. Bukhari & Muslim).

Jika diartikan dalam bahasa sekarang, ‘lockdown’ atau ‘social distancing’ merupakan bentuk untuk menghindari suatu wabah. Dengan mengisolasi dari dan tidak melakukan interaksi terlebih dulu, maka potensi berkembangnya virus tersebut akan berkurang. Dan Rasulullah SAW juga mengajarkan untuk bersabar dalam menghadapi wabah tersebut. Seluruh umat diharapkan terus meminta pertolongan kepada Allah SWT. Karena berjuang melawan wabah sampai meninggal, dijanjikan syahid. “Kematian karena wabah adalah surga bagi tiap muslim (yang meninggal karenanya)”. (HR Bukhori)

Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan himbauan untuk bekerja, belajar dan beribadah dari rumah masing-masing. Para tokoh agama juga menganjurkan untuk beribadah dari rumah. Sejak 20 Maret 2020, banyak tempat ibadah memutuskan melakukan ‘lockdown’ untuk menghindari percepatan penyebaran virus. Agama apapun tidak pernah memberatkan pemeluknya. Virus corona menjadi persoalan semuanya, tak peduli apa latar belakang keyakinan atau pekerjaannya. Karena itulah, mari kita komitmen untuk melakukan ‘social distancing’ untuk meredam penyebaran virus corona. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun