Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pancasila Lahir dari Budaya Indonesia, Jangan Dipersoalkan Lagi

22 Februari 2020   08:00 Diperbarui: 22 Februari 2020   07:56 2315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjaga Pancasila - jalandamai.org

Pancasila telah diputuskan menjadi dasar negara sekaligus falsafah hidup masyarakat Indonesia. Pancasila dari awal sudah dipilih oleh para pendahulu negeri ini, karena dianggap mampu merangkul semua keberagaman yang ada di Indonesia. Tak dipungkiri, sebagai negara yang majemuk, keragaman yang ada di Indonesia terjadi hampir di setiap sisi. 

Tidak hanya mempunyai keragaman bahasa, tapi juga ada keragaman budaya, keragaman agama, hingga keragaman cara pandang. Dan suka tidak suka, kenyataannya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mampu menjembatani segala kepentingan dalam setiap keragaman tersebut.

Pancasila pada dasarnya merupakan jalan tengah. Meski mayoritas masyarakat Indonesia merupakan muslim, bukan berarti dasar negaranya di dasarkan pada dasar Islam.

Namun, Pancasila pada dasarnya juga mengadopsi nilai-nilai Islam. Sila pertama hingga kelima pancasila, pada dasarnya adalah nilai-nilai dalam Islam. Nilai yang sama juga terdapat dalam agama-agama yang lain. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa pada dasarnya ada di semua agama, begitu juga nilai-nilai tentang kemanusiaan, persatuan, musyawarah hingga keadilan sosial.

Karena itula, menjadi tidak ada gunanya, jika masih ada sebagian pihak yang erus menyuarakan bahwa Pancasila sudah tidak relevan, pancasila tidak sesuai dengan zamannya, atau pancasila kafir. Semuanya itu jelas tidak benar. Karena faktanya yang terjadi justru bertolak belakang, dengan apa yang selama ini disebar oleh kelompok intoleran tersebut.

Ada anggapan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia muslim, maka dasar pemerintahan dan negaranya harus berdasarkan hukum Islam. Jika bertentangan dengan Islam, dimaknai sebagai kafir. 

Padahal, Islam sendiri tidak pernah mengajarkan hal demikian. Tidak ada anjuran untuk saling menyudutkan, saling menyalahkan, ataupun persekusi hanya karena berbeda paham ataupun keyakinan.

Ketika Islam masuk ke Jawa pun ketika, sama sekali tidak ada unsur paksaan. Bahkan penyebaran Islam sendiri pun juga tidak pernah ada paksaan. Dalam konteks Indonesia, antara Islam dan budaya lokal justru terjadi akulturasi. 

Begitu juga antara Islam dengan agama-agama yang suda ada sebelum Islam masuk. Dan jejak akulturasi itu masih bisa kita lihat dan rasakan hingga saat ini. Betapa indahnya negeri ini juga semuanya bisa saling berakulturasi, tanpa harus saling menguasai. Betapa indahnya keragaman negeri ini bila saling berdampingan, agar Indonesia bisa indah seperti taman yang dipenuhi bunga yang berwarna-warni.

Nilai-nilai Pancasila tidak hanya digali dari nilai agama, tapi juga dari nilai-nilai luhur budaya Indonesia. Ketika era kerajaan seperti Sriwijaya dan Majapahit misalnya, masyarakatnya ketika itu sudah mengenal kepercayaan, toleransi, tolong menolong, bahkan muswarah serta menjaga kerukunan juga telah ada. Istilah gemarh ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja, yang mendambakan masyarakat yang adil dan makmur, juga ada dalam Pancasila. 

Dalam buka Sutasoma pun juga sudah ada istilah Pancasila Krama, yang mempunyai arti lima dasar tingkah laku atau perintah kesusilaan. Dalam buka Sutasoma, juga sudah dikenal semboyan bhineka tunggal ika tan hana dharma mangrua, yang kemudian diadopsi menjadi motto lambang negara Indonesia, bhineka tunggal ika.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun