Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semua Warganet Bersaudara, Wujudkan Toleransi Dunia Maya

24 Mei 2018   23:33 Diperbarui: 24 Mei 2018   23:38 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di kehidupan nyata, bulan Ramadan merupakan momentum untuk saling berbagi antar sesama. Ramadan juga menjadi momentum untuk saling peduli antar sesama. Hampir setiap hari selalu saja ada yang berbagi makanan, uang, hingga tenaganya. Setiap hari juga banyak orang meningkatkan ibadahnya, untuk mendepatkan berkah Ramadan. Dan aktifitas berlomba berbuat kebaikan ini, setiap hari selalu bisa kita temukan kapan saja dan dimana saja. Contoh ini merupakan hal yang terjadi di dunia nyata. Lalu, bagaimana dengan dunia maya?

Yang terjadi di dunia maya, nampaknya sedikit berbeda. Indonesia memang salah satu negara dengan pengguna internet tersebesar. Internet dan media sosial, tidak hanya digemari oleh generasi muda, tapi juga generasi tua. Memasuki tahun politik seperti sekarang ini, intensitas aktifitas di dunia maya terus mengalami peningkatan yang signifikan. Tidak hanya diisi dengan berbagai aktifitas kampanye online, dunia maya juga dipenuhi ujaran kebencian, caci dan makian, serta saling menghujat mencari kejelekan orang lain. Ironisnya, hal itu dilakukan oleh sebagian elit politik kita. Dampaknya, para simpatisannya juga ikut berseteru. Akibatnya, masyarakat yang literasinya rendah, akan mudah terprovokasi melalui media sosial.

Banyak contoh yang menunjukkan akibat provokasi di media sosial, berujung pada saling hujat, saling memutus tali pertemanan, bahkan menyebabkan konflik antar masyarakat. Bahkan, provokasi di media sosial tidak hanya sebatas suka atau tidak suka, tapi juga telah berkembang menjadi provokasi bernuansa SARA. 

Politik identitas menguat. Kondisi ini pun kemudian dimanfaatkan kelompok radikal, untuk ikut meramaikan dunia maya dengan menebar kebencian dan provokasi radikalisme. Kalau sudah begini, dunia maya tidak lagi menjadi tempat yang menyenangkan. Setiap hari saling hujat tanpa alasan yang jelas. Lalu, dimana toleransi itu? Apakah toleransi hanya terjadi di dunia nyata?

Karena itulah, mari kita saling mengingatkan bahwa persaudaraan juga harus diwujudkan dalam dunia maya. Suka tidak suka, apa yang terjadi di dunia maya bisa mempengaruhi segala ucapan dan perilaku di dunia nyata. Bahkan, banyak oknum yang sengaja menyebarkan hoax dan kebencian, agar masyarakat juga menjadi mudah membenci terhadap seseorang di dunia nyata. Warganet, atau orang yang sering berinteraksi di internet, juga harus saling menghargai antar sesama. Jika semangat bhineka tunggal ika bisa diwujudkan dalam dunia nyata, semestinya di dunia maya hal yang sama juga bisa diterapkan.

Mari kita jadikan bulan Ramadan ini sebagai bulan introspeksi. Jika memang kita merasa muslim yang baik, muslim yang taat, semestinya kita menjauhi segala larangan dan menjalankan semua perintah-Nya. Ingat, dalam QS An-Nisa ayat 114 disebutkan, "tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari kerelaan Allah, maka kelak Kami memberinya pahala yang besar." 

Hal yang sama juga ditegaskan dalam QS Al-Hujurat ayat 10, "Sesungguhnya orang muslim itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat."

Lalu, masihkan kita saling membenci antar sesama manusia? Mari kita saling bertoleransi, karena kita semua pada dasarnya bersaudara. Jika selama ini dunia maya ramai dibanjiri ujaran kebencian, saatnya ujaran perdamaian kita suarakan. Hal ini penting agar iklim toleransi itu tetap terjaga. Benar kita berbeda suku, agama, budaya dan bahasa, tapi sepanjang kita masih menjadi makhluk ciptaan Tuhan YME, semestinya semangat toleransi itu masih ada dalam hati kita masing-masing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun