Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tetaplah Menjaga Kerukunan di Pilkada Serentak 2018

23 Desember 2017   17:42 Diperbarui: 23 Desember 2017   17:48 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pilkada Damai - republika.co.id

Sebentara lagi 171 daerah di Indonesia akan menggelar pilkada serentak. Berbagai upaya untuk bisa duduk di kursi kekuasaan, sudah mulai dipersiapkan oleh partai politik. Para pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, juga sudah mulai berkeliling menjalin komunikasi dengan masyarakat, menjual berbagai janji untuk mendulang suara. Tapi yang tak kalah sibuknya adalah, tim sukses dari pasanga calon tersebut. Mereka juga akan menggunakan berbagai cara, agar masyarakat yakin bahwa paslon yang diusung adalah pasangan yang tepat untuk memimpin. Pada titik inilah, berpotensi menggunakan berbagai cara untuk bisa merebut hati masyarakat.

Banyak contoh yang menjelaskan, ketika seseorang atau kelompok orang ingin duduk di kursi kekuasaan, berbagai cara akan dilakukannya. Setelah Jakarta selesai menggelar pilkada, kepolisian menangkap organisasi Saracen. Kelompok ini ternyata didirikan untuk menyebarkan berbagai kebencian di tengah masyarakat. Ironisnya, kebencian ini ternyata ditujukan untuk menjatuhkan pasangan calon yang bertarung di pilkada Jakarta. Tak heran jika selama masa kampanye hingga masa pencoblosan, Jakarta dipenuhi dengan ujaran kebencian. Provokasi begitu masif terjadi diberbagai sisi. Bahkan tidak hanya provokasi secara lisan, aksi persekusi pun dilakukan sebagai bentuk ancaman. Dan yang tidak masuk akal lagi, agama juga dibawa-bawa dalam pertarungan politik tersebut.

Meskipun pilkada serentak baru akan dilakukan pada Juni 2018, tidak salahnya kita saling mengingatkan. Jika di DKI digoyang dengan provokasi SARA, tentu kita tidak ingin 171 daerah yang menggelar pilkada diberlakukan hal yang sama. Mari kita belajar dari pilkada DKI. Masyarakat saling curiga dan merasa dirinya paling benar. Ketika tetangga berbeda pilihan politik, akan mendapatkan perlakuan yang tidak baik. Hal semacam ini diharapkan tidak terjadi lagi. Begitu juga di level elit politik. Diharapkan bisa memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat. Juallah program, bukan kebencian yang selalu mencari kejelekan orang lain.

Diluar hiruk pikuk politik ini, banyak pihak-pihak yang ingin memanfaatkan kesempatan. Salah satunya adalah kelompok radikal, kelompok intoleran dan kelompok teroris. Mereka selalu mendompleng untuk memperkeruh keadaan. Lagi-lagi, pilkada DKI Jakarta bisa kita jadikan pembelajaran. Kelompok intoleran, radikal dan teror bersatu mengambil kesempatan untuk menciptakan suasana tidak kondusif. Ancaman teror pun juga sempat ditemukan tapi berhasil digagalkan. Jika kita tidak ingin pilkada serentak nanti disusupi kelompok ini, mari kita rapatkan barisan. Mari kita saling mengingatkan, membekali diri dengan informasi yang benar agar tidak mudah diprovokasi. Dan yang tidak kalah penting adalah, jangan mau diprovokasi atas nama SARA. Biarlah pesta demokrasi ini melahirkan pemimpin yang jujur, bertanggung jawab dan toleran.

Untuk itu, menjaga kerukunan antar sesama harus terus dikuatkan. Stop ujaran kebencian antar sesama. Stop mencari kejelekan orang lain. Mari isi keseharian kita dengan hal positif, yang bisa memberikan kedamaian bagi lingkungan. Mulailah dari diri kita sendiri, lalu sebarkan pada orang terdekat. Pesan damai akan membentengi kita dari segala pengaruh buruk. Biasakan cek ricek jika mendapatkan informasi yang tidak meyakinkan. Rangkullah semua pihak untuk tetap bersama-sama, menjaga Indonesia dari segala pengaruh buruk. Jika kita bisa saling berdampingan, maka pilkada serentak akan bisa menghasilkan pemimpin yang bersih. Bukan pemimpin yang suka umbar janji, memanfaatkan kesempatan dengan cara memecah belah masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun