Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Generasi Melek Media, Generasi Anti Radikalisme

2 November 2017   16:46 Diperbarui: 2 November 2017   16:50 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi Melek Media - twitter.com

Fakta menunjukkan, para pelaku tindak pidana terorisme di Indonesia, didominasi oleh kaum muda. Mereka mudah terpapar, karena mudah dipengaruhi oleh kelompok radikal. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), para pelaku aksi terorisme rata-rata berusia 18-35 tahun. Mungkin diantara kita banyak yang bertanya, kenapa banyak anak muda yang menjadi korban? Diduga, anak muda seringkali salah langkah dalam bergaul. Rasa ingin tahunya yang relatif besar, membuat segala informasi dia serap tanpa adanya filter. Akibatnya, tanpa sadar dalam pengembangan diri dan pencarian jati diri, seringkali terperangkap ke kelompok yang salah.

Hal diatas tidak akan terjadi, jika para generasi muda ini membekali dirinya dengan informasi yang benar. Apalagi kemajuan teknologi telah membuat perkembangan informasi begitu cepat dan mudah. Jika generasi muda tetap memilih menjadi generasi yang pasif, dan tidak mau membekali diri dengan berbagai informasi, sudah pasti dia akan ditinggal oleh kemajuan itu sendiri. 

Sebaliknya, bagi yang memilih inovatif, berpikir terbuka, dan melakukan cek ricek terhadap informasi yang diterima, dia akan terhindarkan dari segala pengaruh buruk. Sekali lagi, jangan menjadi pribadi yang acuh terhadap informasi yang tepat.

Saat ini, penyesatann informasi sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian orang. Bahkan penyesatan informasi ini juga telah diperjual belikan, ketika memasuki tahun politik. Dengan terungkapnya grup Saracen beberapa waktu lalu, menjadi bukti bahwa ujaran kebencian sengaja diproduksi demi mendapatkan keuntungan sendiri. Sementara persatuan dan kesatuan, serta toleransi antar umat beragama, sengaja dijadikan korban dengan dihembuskan isu SARA. Sungguh sangat disayangkan. Karena penyebar ujaran kebencian itu, tak lain tak bukan adalah warga negara Indonesia sendiri. Pemesan ujaran kebencian juga orang Indonesia. Dan yang terprovokasi juga orang Indonesia. Dan yang dirugikan adalah kita semua.

Semuanya terjadi hanya karena kita kurang melek media. Sebagian dari kita malas untuk mengkonfirmasi, apakah berita itu benar atau salah. Bagaimana cara mengkonfirmasi? Tinggal bandingkan dengan berita yang ada di media mainstream. Jika media mainstream tidak ada, atau secara logika tidak bisa diterima dengan nalar, atau berisi ujaran kebencian, semestinya kita patut mencurigainya.

Juga pilih-pilihlah media. Karena saat ini banyak sekali media bermunculan, khususnya media online, yang terkadang membingungkan kita sendiri. Lihatlah kredibilitas media tersebut, siap pemilik modalnya, bagaimana sikap redaksinya. Semuanya itu bisa menjadi pertimbangan, apakah media tersebut berpihak pada kepentingan publik atau tidak.

Saat ini, kelompok radikal dan teroris, seringkali menggunakan media sosial, media abal-abal dan segala fasilitas kecanggihan teknologi untuk mewujudkan keinginannya. Media sosial telah berhasil menyebarkan propaganda mereka, untuk mempengaruhi masyarakat. Media sosial juga telah berhasil dimanfaatkan untuk merekrut anggota. Tak hanya itu, media sosial juga telah dimanfaatkan untuk meneror secara psikis. Jika serangan itu dilakukan secara bertubi-tubi, tidak menutup kemungkinan akan menghasilkan pertikaian di tengah masyarakat. Namun jika masyarakat ini berhasil membekali dirinya dengan kecerdasan, ilmu pengetahuan, dan menjalankan nilai Pancasila dan agama, maka akan tercipta generasi yang tenang, tapi tetap menjunjung tinggi toleransi antar sesama. Sekali lagi, jangan mau tertipu oleh jerat radikalisme dan terorisme.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun