Mohon tunggu...
Heppy Haloho
Heppy Haloho Mohon Tunggu... Dosen - Belajar, membaca dan menulis (puisi)

Komunikasi, pendidikan, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tangkal Hoax dengan Literasi Digital

27 Juli 2021   10:55 Diperbarui: 27 Juli 2021   11:28 1426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Fenomena penyebaran hoaks bagaimanapun bukanlah fenomena baru lagi di era digital saat ini. Hoaks (Inggris: hoax), atau berita palsu, secara sederhana dapat dipahami sebagai konten yang memuat informasi palsu yang disajikan sebagai berita nyata. 

Saat ini, hoaks telah menjadi salah satu sumber permasalahan global yang cukup signifikan dan meresahkan setiap orang. Hoax bahkan telah memicu terjadinya beragam konflik (agama, rasial dan politik), kejahatan serta sejumlah tindakan lainnya yang menyebabkan kerugian bagi masyarakat. Oleh sebab itu, upaya-upaya menangkal penyebaran hoax yang lebih massif menjadi sangat  penting  untuk dipikirkan dan diusahakan bersama saat ini. 

Bill Kovach dan rekannya Tom Rosentiel, jurnalis senior sekaligus penulis buku ''The Element of Journalism'' pernah melontarkan sebuah pertanyaan menarik demikian, "Bagaimana mengetahui kebenaran di era banjir informasi saat ini?". Pertanyaan ini agaknya menjadi pertanyaan kebanyakan kita saat ini, dan sayangnya tidak mudah untuk menjawab pertanyaan ini.

Di tengah melimpahnya informasi yang tersaji di ruang-ruang digital, kebenaran memang menjadi semakin kabur dan sulit ditemukan. Tidak jarang terjadi, informasi yang kita terima tampak benar meskipun sebenarnya sudah terkontaminasi oleh hoaks. Sebaliknya informasi yang tampak tidak mungkin atau yang kita anggap tidak benar, justru bisa saja benar-benar terjadi.

Kondisi tersebut tentu saja membingungkan dan memberi sebuah tantangan baru yang tidak mudah bagi kita, khususnya dalam hal menerima maupun mempercayai sebuah informasi di ruang digital. Bila tidak berhati-hati dan kritis terhadap informasi yang kita terima, akan sangat mungkin kita pun ikut termakan hoax dan selanjutnya tanpa disadari kitapun  ikut serta melakukan penyebaran hoax yang semakin luas.

Untuk menyikapi bahaya hoaks yang sangat merugikan, para ahli, akademisi dan juga para peneliti di berbagai belahan dunia sangat menyarankan adanya upaya untuk meningkatkan keterampilan digital masyarakat saat ini. 

Upaya ini belakangan umum disebut sebagai literasi digital. Literasi digital secara sederhana dapat dimaknai sebagai kemampuan individu untuk mengakses, memahami, membuat dan mengkomunikasikan serta mengevaluasi informasi melalui teknologi digital yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (UNESCO, 2018).

Literasi digital ini dianggap perlu karena penggunaan internet saat ini sudah mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat. Internet bukan lagi sekedar ruang untuk mencari informasi maupun berinteraksi. 

Lebih dari itu, internet kini menjadi ruang baru yang di dalamnya kita melakukan banyak aktivitas lainnya seperti belajar, berbisnis, menjual produk, menggalang dana hingga melakukan kampanye-kampanye (sosial,kesehatan, politik dll) layaknya di dunia nyata.

Untuk itu, masyarakat khususnya pengguna internet sangat perlu diperlengkapi dengan keterampilan digital agar mampu memaksimalkan manfaat dari kegiatan daring mereka dan meminimalisir dampak negatif yang sangat mungkin terjadi seperti terpapar hoaks. 

Hal ini berarti bahwa kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi saja saat ini tidak cukup. Selain mampu menggunakan media digital, kita juga diharapkan memiliki keterampilan untuk memilah, mengevaluasi dan menimbang informasi yang tersaji di ruang digital. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun