Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membentuk Karakter Anak Sejak Janin

5 April 2019   05:21 Diperbarui: 5 April 2019   15:06 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu, bagaimana dengan asupan batin janin? Makanan dan minuman tidak menghasilkan akhlak atau budi pekerti. Karakter manusia tidak terbentuk oleh apa yang dimakan dan apa yang dipakai, tetapi oleh nutrisi hati dan pikiran.

Seperti fisik yang belum sempurna dan terus bertumbuh membentuk keutuhannya, janin juga memiliki ruang batin yang belum sempurna. Masih kosong. Ruang batin itu adalah ruang bagi jiwanya (psikis) dan bagi rohaninya (spiritual).

Hasil riset psikiater dan pakar perkembangan anak, Thomas R. Verny Ph.D dan Rene van de Carr, MD pun telah membuktikan bahwa pendidikan anak sudah dapat dimulai sejak di dalam kandungan.

Tentang itu, Anda bisa membaca buku Nurturing the Unborn Child karya Thomas Verny & Pamela Weintraub, While You Are Expecting: Creating Your Own Parental Classroom karya F. Rene van de Carr & Marc Lehre. Juga, Prenatal Parenting: The Complete Psychological and Spiritual Guide to Loving Your Unborn Child karya M.D. Wirth Frederick.

Peran ibu mengambil tempat yang sangat penting di sini. Ikatan batin ibu dan janinnya yang sedang ada di dalam tubuhnya sangat membantu orangtua mentransfer energi positif kepada janin baik energi emosional positif maupun energi rohani melalui alam bawah sadar anak.

Emosi yang positif dan pikiran yang positif harus dimiliki oleh, pertama-tama, sang ibu. Ibu melakukan komunikasi batin dengan anak tentang hal-hal yang baik yang harus dimiliki oleh manusia. Tentu saja ini harus lebih dahulu dimiliki oleh ibu. Adalah sulit meminta ibu menyerapkan emosi dan pikiran positif kepada janin, bila sang ibu sendiri tidak memiliki itu.

Oleh sebab itu, kesiapan seorang perempuan untuk memiliki anak bukan hanya kesiapan fisik (tubuh) dan material, tetapi terutama kesiapan mental. Kehadiran manusia berkualitas di dunia ini petama-tama ada di tangan ibu yang mengandungnya, dan kemudian ayahnya. Suami dan istri harus sama-sama saling menjaga hati dan pikiran.

Suami berperan penting memberi rasa tenang dan aman di hati istri yang sedang mengandung anaknya, sebab untuk menghasilkan anak yang positif, sang ibulah yang pertama-tama harus positif. Kegoncangan emosi ibu seharusnya dihindari. Seorang ibu yang mengandung harus mampu mengolah dan menata emosi dan pikirannya demi janin di dalam rahimnya.

Tak sekadar faktor emosional, mengisi ruang batin anak dengan asupan rohani sedari masih janin juga adalah hal yang harus menjadi perhatian orangtua. Sang ibu sepatutnya adalah orang yang pertama-tama mengajarkan anaknya tentang Tuhan. Sang ibulah yang paling pertama memperkenalkan ibadah kepada Tuhan lewat ibadahnya kepada Tuhan.

Rajinlah berdoa dan membaca firman Tuhan. Bagi yang Muslim, setialah salat dan membaca Alquran. Lafalkanlah ayat-ayat suci di bibir ibu dan di bibir ayah. Sehingga saat telinga janin secara fisik sedang terbentuk di dalam kandungan, hal yang didengarnya secara batin dalam ruang rahim ibunya adalah firman Tuhan atau ayat-ayat Kitab Suci.

Namun, bagaimana mentransfer energi rohani kepada anak bila orangtuanya saja tidak tahu beribadah? Bagaimana memperkenalkan ajaran-ajaran Kitab Suci bila orangtuanya saja tidak pernah baca Kitab Suci? Bagaimana mengenalkan doa kepada janin atau bayi atau anak bila orangtuanya saja tidak pernah berdoa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun