Berdasarkan itu setiap agama ingin semua manusia mengikuti jalan keselamatan yang diajarkan oleh Kitab Suci yang diyakininya. Sifatnya memberitahukan, mengabarkan, menyampaikan, mewartakan, mengajak, menghimbau, tapi bukan memaksakan.
Sebab sekalipun kita berkhotbah atau berdakwah satu hari tanpa berhenti kepada seseorang yang tidak seagama agar menjadi seagama, kalau Allah tidak berkenan orang itu masuk surga-Nya, dia tidak akan menjadi seagama.
Sebab, hanya satu pemilik surga, Allah Pencipta Yang Mahaesa. Dialah yang memutuskan siapa yang Ia kenan masuk ke surga-Nya.
Agama mengarahkan kita kepada jalan keselamatan, tapi agama bukan keselamatan itu sendiri. Keselamatan itu dari Allah. Keselamatan itu adalah keputusan Allah. Allah yang disembah di dalam agama itulah yang memberikan keselamatan bagi umat-Nya.Â
Jalanilah dengan setia dan taat apa yang masing-masing kita yakini dan Allah Yang Mahaesa yang akan membuktikan kebenaran yang kita imani itu kelak pada tempat dan waktu-Nya.
Semua penganut agama hanya punya iman, percaya, yakin bahwa Kitab Sucinya adalah benar. Namun, seyakin-yakinnya kita bahwa apa yang diajarkan oleh Kitab Suci adalah benar, haruslah kita akui bahwa hal itu barulah bisa terbukti kebenarannya kelak pada saat Allah Yang Mahakuasa mengakhiri kehidupan di dunia ini.
Dan, yang membuktikan itu bukan kita. Allah Pencipta Yang Mahaesa, Dialah yang akan membuktikan itu kepada kita semua.Â
Selama raga masih sama-sama berpijak di tanah dunia dan roh belum di surga atau neraka, lebih baik kita tetap menjadi manusia ciptaan Allah, bukan tuhan.
***
Agama hadir di tengah peperangan manusia untuk mendamaikan.
Agama hadir di tengah kejahatan manusia untuk menyadarkan.