Timbul keinginan Abdullah r.a untuk menguji anak tersebut dengan mengatakan bahwa apabila dia menjual salah satu dari kambing-kambing tadi maka dia dapat membeli apa saja yang dia inginkan.
Beliau juga menyuruh penggembala kambing agar mengatakan kepada majikannya jika salah satu kambingnya telah dimakan serigala. "Majikanmu tidak melihatnya, pasti dia akan mempercayai perkataanmu," bujuk beliau lagi.
Mendengar hal itu, anak penggembala kambing menangis dan mengatakan, "Walaupun majikan saya tidak melihat namun ALLAH mengetahui apa yang saya kerjakan."
Anak penggembala itu melanjutkan kembali perkataannya, "Semoga ALLAH memaafkan tuan. Dimanakah ALLAH ? Dimanakah ALLAH ?" Dia menangis sambil mengulang-ulang perkataannya itu.
Abdullah r.a menangis mendengar perkataan anak penggembala itu sambil mengikuti perkataannya, "Dimanakah ALLAH ?"
Setelah kejadian tadi, Abdullah r.a bergegas menuju ke rumah majikan si anak penggembala. Beliau berniat untuk membeli anak penggembala tadi beserta kambing-kambingnya.
Dengan dibelinya anak tersebut dari majikan, berarti dia telah bebas dari perbudakan. Bukan hanya itu saja, seluruh kambing yang telah dibeli oleh Abdullah r.a diberikan kepada anak tersebut sebagai hadiahnya.
Dari cerita di atas, ada pelajaran yang dapat kita petik. Meskipun seorang budak, anak penggembala kambing tetap menolak untuk melanggar amanah.Â
Walaupun dia diberi iming-iming untuk melakukan sesuatu yang memberinya keuntungan, anak gembala itu tidak bersedia.
Rasa takutnya kepada ALLAH membuatnya terhindar dari perbuatan yang tidak amanah. Tentu saja ALLAH akan memberikan kebaikan bagi siapa saja yang telah menjaga amanah.
Begitu juga terhadap anak penggembala tadi. Bukan hanya pembebasan dirinya sebagai budak, si anak gembala juga mendapatkan anugerah berupa pemberian seluruh kambing yang telah digembalakannya.