Coba kita cermati berita-berita yang beredar tentang KPK dan PKS. Apa yang dilakukan PKS kepada KPK adalah bentuk cintanya. Kalau kita cinta, pastinya kita akan peduli bila ia berbuat salah kan. Dan kita akan memberitahu bahwa itu salah dan menasehatinya agar ia mampu berjalan di jalan yang benar dalam menjalankan tugasnya.
Jika kita mau jujur, memang begitu banyak kejanggalan yang berkaitan dengan kasus LHI. Tidak lagi lah saya paparkan karena saya yakin anda sudah paham dan pastinya sudah banyak membaca berita yang beredar melalui media. Dan saya yakin anda adalah orang yang bijak dalam mencerna berita. Bukan langsung telan tanpa aling-aling.
Sebelum kasus impor daging sapi, ada beberapa kasus yang sangat besar sedang ditangani KPK namun hingga kini tak kunjung selesai.
Kalau saya melihat kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini seperti tebang pilih. KPK yang luar biasa menggeber kasus mantan Presiden PKS itu, tetapi justru mengerem kasus lain.
PKS seratus persen cinta dan dukung KPK, selama KPK berlaku adil. Tidak tebang pilih. Namun nyatanya saat ini tebang pilih. Ada yang ditangkap tanpa kejelasan tuduhan, ada yang dibiarkan bebas padahal statusya tersangka. Ada yang dideskreditkan, ada yang sengaja dibiarkan merdeka. Dimana keadilan?
Walaupun seperti itu cinta PKS kepada KPK tidaklah pernah sirna. Cinta itu terus berkembang hingga kini dengan kesabaran dalam mengawal kinerja KPK.
Inilah bukti cinta PKS kepada KPK, untuk mengingatkan bahwa ada kasus-kasus yang harus sama penanganannya. KPK harus bekerja secara profesional sebagai lembaga superbody. Saya akan memberikan contoh kasus yang ditangani KPK...
1. Kasus Century
Sejak tahun 2009 kasus ini bergulir namun hingga kini tak kunjung selesai. Sri mulyani dan Boediono masih belum bisa diciduk. http://imperiumindonesia.blogspot.com/2009/12/kasus-skandal-bank-century.html
2. Kasus Hambalang
Wah si hambalang ini mulai bergulir tahun 2011. http://www.beritabogor.com/2012/06/kronologis-kasus-hambalang.html. Mengapa KPK seperti tak punya taring dan kekuatan saat menangani Andi Malarangeng dan Anas Urbaningrum?