Mohon tunggu...
Hendy Kusmarian
Hendy Kusmarian Mohon Tunggu... Administrasi - pemandu medan perang bisnis

http://terobosan.biz.id/pemandu-perang-bisnis/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Skenario Kehancuran Mendatang

28 Juni 2017   07:36 Diperbarui: 28 Juni 2017   07:50 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak belasan tahun yang lalu saya mulai membayangkan terjadinya krisis-krisis keuangan, resesi-resesi ekonomi, bencana-bencana alam, dan peperangan global dalam satu abad ke depan setelah membaca dan merenungkan Alqur'an Surah Al Hadid (surah ke-57) ayat 20-21 berikut ini...

Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.

Dalam ayat pertama Allah Ta'ala seolah-olah mengatakan bahwa kebanyakan manusia menjalani kehidupan dunia ini dengan setengah sadar, atau bahkan, tanpa kesadaran sedikit pun tentang maksud sesungguhnya dari kehidupan ini dan bagaimana meraih maksud itu. Mereka sedikit banyak 'tertipu' dari hakikat kehidupan disebabkan oleh permainan, pengisi waktu, dan perlombaan pamer kebesaran dan kekayaan.

Digambarkan di sini gaya hidup yang bersifat permainan, selingan pengisi waktu, perhiasan dan perlombaan kemegahan, dan pertunjukan kekayaan dan keturunan. Orang-orang yang berhasil dalam kehidupan ini akan memiliki kesadaran penuh tentang apa itu kesenangan-kesenangan yang menipu, dan akan semakin jauh darinya. Kehidupan mereka diarahkan untuk meraih ridha atau kesenangan Tuhan di dunia ini juga. Dan ini dimulai dengan setiap saat menyadari dan mengingat tujuan penciptaan manusia di dunia.

Pernahkah kita bertanya-tanya mana dari kegiatan-kegiatan sehari-hari kita yang mungkin ternyata dalam pandangan Tuhan hanyalah permainan, pengisi atau pembunuh waktu, perhiasan, dan perlombaan pamer? Bila kita hidup tanpa menyadari hal-hal yang diperingatkan dalam ayat ini, apakah kita punya peluang untuk terlepas dari kesenangan-kesenangan yang menipu ini? Lalu, bila kita sebagai suatu masyarakat terus saja hidup semacam ini, yaitu tanpa kesadaran tentang hakikat dari amalan-amalan kita, apakah kemungkinan hasil atau akibat akhir yang akan kita dapat? Kondisi atau 'tempat' macam apa yang sedang kita tuju? Perdamaian ataukah konflik? Kemakmuran ataukah resesi? Kesehatan ataukah penyakit?

Ayat pertama juga mengisyaratkan kemunculan suatu zaman di mana kegiatan-kegiatan permainan dan pengisi waktu mengambil bentuk sebagai industri, yaitu kegiatan produksi barang atau penyediaan jasa demi menghasilkan keuntungan/laba. "Industrialisasi" kesenangan-kesenangan berdampak bukan saja melestarikannya, yang menjadikannya seolah-olah bagian yang bermakna dan tidak terpisahkan dari kehidupan normal, tapi juga bisa melesatkannya naik ke posisi di mana kesenangan-kesenangan itulah yang utama. Cengkeraman industri-industri kesenangan inilah yang saat ini menjadi batu ujian bagi manusia dalam perjalanan hidup mereka untuk meraih kesenangan Tuhan. Ini akan menjadi rintangan dalam 'perlombaan' mereka mencapai 'garis finish' ampunan dan surga.

Tetapi, diisyaratkan juga bahwa industri-industri kesenangan ini rentan terhadap siklus kemunduran dan kehancuran. Namun, yang mengalami siklus kebangkitan-kehancuran itu sesungguhnya bukanlah industri-industri kesenangannya, melainkan hanya rupa atau bentuk fisik kesenangannya (berupa produk dan jasa), sesuai dengan taraf kemajuan zaman. Jadi, ruh kesenangan-kesenangan yang menipu itu sendiri akan lestari selamanya.

Pertanyaannya, bagaimanakah 'tanaman-tanaman peradaban' yang awalnya menyenangkan hati para 'penanam'-nya mengalami kemunduran sampai akhirnya hancur? Apa wujud atau sarana kehancuran itu di dunia ini?

Saya percaya rupa-rupa kehancuran ini bisa disebut azab atau hukuman dan wujudnya bisa bencana alam, wabah penyakit, peperangan, krisis atau resesi ekonomi dsb. Selama setidaknya 150 tahun ke depan dunia akan menyaksikan dan mengalami dampak dari bencana-bencana ini. Dan siklusnya akan makin pendek seiring waktu. Artinya, bila sebelum abad ke-20 suatu resesi ekonomi besar, misalnya, telah diketahui berulang tiap 60 tahun, lalu pada abad ke-20 ia berulang setiap 30 tahun, pada abad ke-21 ini dan seterusnya, ia akan berulang lebih cepat, mungkin setiap 15, bahkan sampai 5 tahun!

Fakta bahwa hampir tidak ada manusia modern bisa hidup tanpa kesenangan-kesenangan ini, seolah-olah ia bagian dari fitratnya, menunjukkan bahwa yang sebenarnya dibenci Tuhan bukanlah adanya kesenangan-kesenangan ini dalam sendirinya, melainkan kondisi pikiran kita yang membiarkan diri dikuasai dan tertipu oleh kesenangan-kesenangan duniawi. Menipu dari apa? 

Menipu kita dari kesadaran setiap saat tentang tujuan penciptaan kita di dunia ini, dan melemahkan kita dari kehendak untuk berjuang dengan sungguh-sungguh dalam mencapai tujuan itu. Adanya ampunan di akhirat mengisyaratkan bahwa Tuhan mengetahui tidak ada manusia sepenuhnya bisa lepas dari permainan, pengisi waktu dsb.. Jadi, kadar seperlunya dari sumber-sumber kesenangan ini diizinkan selama tidak menghalangi kita dari pencapaian maksud penciptaan kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun