Bahwa kebahagiaan itu diukur dengan seberapa mewah dirinya. Beberapa waktu lalu, ada yang sedang trending terkait ukuran kebahagiaan. Bahwa kebahagiaan itu diukur dengan seberapa mewah dirinya. Kalau belum punya roda empat, belum dikatakan bahagia. Â
Dengerin ya anda sekalian!!!
Sepertinya yang beranggapan begitu belum pernah merasakan nikmatnya naik motor roda dua merek Honda Supri, apalagi pas totok depannya geter-geter gimanaaa gitu. Belum lagi indahnya gemrincing suara footstep yang sudah aus bautnya. Kletekkk-kleteekk !!! Ngalahkan simponi modern. Apalagi ketika kaki merasakan hangatnya knalpot ketika kaki tak sengaja menyentuhnya.
Mungkin orangnya belum tahu gimana rasanya diperhatikan dan di interview dengan sopan oleh pak polisi ditengah perjalanan.
Nikmatnya kehabisan bensin ditengah jalan, nuntun bareng istri sambil sedikit misuh-misuh. Harumnya parfum yang begitu wangi on the road, tanpa filter, bahkan bisa pingsan.
Serunya kehujanan, wajah serasa ditaboki air. Pulang ke rumah njedidil, berakhir hahehhoh
Bagaimana adrenalin begitu meningkat, ketika ada motor  sein kanan, ternyata belok kiri. Belum lagi ketika menghadapi cobaan di jalanan yang naik turun kayak iman kita.
Ada yang pamer libom harga ratusan juta, bahkan em-eman. Gitu aja bangga!!! Â Paling tiap hari ya pakek itu!! Kunoooo!!!
Dengerin ya Sukirah !!!
Saya misalnya mau berpergian jauh, cukup berdiri di pinggir jalan, jentikkan jempolan, maka mobil Bis besar berharga puluhan miliar langsung menghampiri. Pintu pun dibukakan!!! Pulangnya juga begitu, bahkan bisa ganti-ganti mobil sesuai keinginan saya.
Jadi intinya adalah bahwa kebahagiaan itu..
Bentar, ada tamu lebaran
