Mohon tunggu...
Hendri Nova
Hendri Nova Mohon Tunggu... -

saya sudah menikah

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ini Dia Tantangan dan Harapan Hadirnya Ruang Publik di Perkotaan

30 September 2015   21:43 Diperbarui: 30 September 2015   21:43 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak jarang sumpah serapah keluar dari mulut pengendara bermotor, karena jalan mereka jadi terganggu. Halaman rumah sangat sempit, sehingga untuk parkir kendaraan saja terpaksa memakan badan jalan gang yang sudah sekarat.

Hebohnya lagi, jika ingin kondangan, tak jarang warga kota memakai badan jalan. Akibatnya, jalan jadi macet, karena warga yang memakai badan jalan untuk kondangan kadang tidak satu, dua saja di hari-hari libur. Pada satu jalan, kadang bisa sampai 4-5 orang kondangan.

Ruang publik yang menjadi hajat hidup warga, seharusnya disediakan oleh pemerintah. Setidaknya minimal untuk 50 rumah disediakan beberapa ruang publik. Baik arena bermain anak, olahraga, ibadah, sampai pada pesta.

Untuk mewujudkan hal ini tentu tidaklah mudah. Karena semua dihadapkan pada untung dan rugi. Jika pemerintah ingin memberikan ruang publik pada warganya, setidaknya terbitkan aturan ketat bagi para pengembang.

Ia baru dibolehkan membangun, jika telah menyediakan ruang-ruang publik bagi warga perumahan. Jika mereka tidak menyediakannya, maka izin untuk membangun jangan pernah dikeluarkan.

Ruang publik tidak hanya akan menjadi area untuk anak-anak, tapi bagi semua warga. Mereka bisa memanfaatkannya untuk berkumpul atau sekedar untuk bersantai.

Ruang publik sendiri seyogianya bukan ruang berbayar, namun gratis bisa dinikmati semua orang. Untuk menjaga kebersihan, hanya dibutuhkan kesepakatan warga, apa harus giliran atau iuran untuk menggaji petugas kebersihannya.

Dari paparan di atas, maka tantangan untuk kehadiran ruang publik di perkotaan itu antaranya :

Pertama, Ketersediaan lahan. Lahan yang disediakan hendaknya minimal bisa mengakomodir atau menampung warga perkotaan, jika mereka ingin berkumpul. Jadi tempatnya setidaknya harus lebih luas.

Agenda-agenda kondangan, setidaknya bisa diadakan di ruang publik sebagai milik bersama. Begitu agenda pertemuan atau peringatan-peringatan hari besar agama atau negara, bisa difokuskan di ruang publik tersebut.

Kedua, pengaturan pemakaian. Karena ruang publiknya sedikit, maka warga harus mau bermusyawarah, jika ada jadwal yang bentrok. Musyawarah ini akan membuat rasa kebersamaan dan rasa menjaga keharmonisan bisa terwujud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun