Mohon tunggu...
Hendra Wattimena
Hendra Wattimena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Puisi | Perencanaan Wilayah | Politik | Olahraga | Isu Terkini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenapa Fajar Sad Boy Lebih Viral dari Nono Bocah NTT Juara Dunia Matematika?

25 Januari 2023   12:22 Diperbarui: 25 Januari 2023   12:42 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:www.dream.co.id/(Foto: YouTube Need A Talk) 

Nono dan Fajar sad boy merupakan dua orang anak yang saat ini lagi menjadi perbincangan hangat di kalangan warganet. Nono sendiri merupakan bocah NTT yang saat ini duduk di kelas dua SD Inpres Buraen II, Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang.

Nono viral usai berhasil menyabet juara pertama kompetisi matematika tingkat internasional dalam ajang International Abacus World Competition 2022. Sedangkan Fajar sad boy sendiri, mendadak viral lantaran videonya yang sedang menangis karena ditinggalin oleh seorang perempuan yang diakuinya sangat dia cintai. Tidak hanya itu, qoutes-qoutesnya yang penuh makna dan kocak membuat warganet terhibur.

Kedua sosok ini memang viral dengan cara yang berbeda. Fajar viral karena aksinya tentang masalah percintaan, sedangkan Nono viral karena menjadi juara dunia matematika. Akan tetapi, ketenaran Fajar melebihi Nono. Inilah yang membuat sebagian pihak berkomentar kenapa yang cuman nangis-nangis malah lebih viral.

Fajar memang kerab diundang di berbagai stasiun televisi dan juga berbagai podcast. Hal tersebut yang membuat namanya makin melambung tinggi. Beda halnya dengan Nono. Walaupun berhasil membanggakan Indonesia dengan menyabet juara 1 Abacus Brain Gym (ABG) International Mathematics Competition setelah mengalahkan 7.000 peserta dari berbagai negara, akan tetapi ia tidak terlalu viral. Nono malah kalah sama Fajar sad boy, Citayam Fashion week atau Alif Cepmek "Kamu nanyaaaaaaak?"

Kemudian yang menjadi pertanyaan, kenapa sampai saat ini masyarakat lebih suka tontonan seperti demikian? "Stop Making Stupid People Famous". Mengapa masyarakat tidak menonton yang lebih berprestasi contohnya seperti Nono bocah dari NTT tersebut? Apakah masyarakat tidak sadar bahwasannya tontonan mereka tidak mendidik?

Jawabannya, ya memang mereka sadar kalu tontonan mereka terkait yang viral-viral itu tidak mendidik. Namun, dunia hiburan itu memang diciptakan untuk menghibur. Jadi wajar jika masyarakat begitu tertarik menjadikan konten viral Fajar sad boy sebagai bahan hiburan.

Lalu mengapa Nono harus kalah viral dari Fajar sad boy? Kenapa Nono tidak diundang di berbagai acara televisi, keliling-keliling channell YouTube untuk diwawancarai di podcast-podcast dll.

Sebenarnya menurut saya, Nono tidak perlu terlalu sering diundang sana sini untuk mengisi acara baik di TV maupun di YouTube karena harus fokus belajar. Dia merupakan aset bangsa yang tidak dipersiapkan untuk terjun ke dunia hiburan, namun disiapkan untuk menjadi sosok ilmuan, pendidik, praktisi atau lainnya. Malahan, jika sering diundang sana-sini akan membuat kualitasnya makin menurun. Jadi mendingan dia fokus belajar saja.

Kita harus membedakan mana hiburan mana pendidikan. Siapa bilang anak Indonesia yang punya prestasi dan berkualitas tidak viral? Di dunia hiburan baru-baru ini sosok Farel Prayoga si penyanyi cilik yang viral karena menyanyikan lagu wongko ngene. Kemudian ada penyanyi cilik Gihon Marel yang menyanyikan lagu Bale Pulang II. Dia mendadak viral dan kemudian menjadi penyanyi.

Apakah ini kemudian bukan prestasi juga? Bicara prestasi, bakat dan talenta bukan soal bisa jago matematika saja, bukan jago dalam dunia akademik saja.

Jadi kesimpulannya, kenapa mereka yang berjibaku di dunia hiburan begitu cepat viral dibandingkan mereka yag punya prestasi akademik? Itu karena memang masyarakat menginginkan sesuatu yang menghibur di saat ingin menonton televisi atau media sosial. Kalau mau mendapatkan pendidikan, ya sekolah saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun