Mohon tunggu...
Hendra
Hendra Mohon Tunggu... Penulis - Clear thinking equals clear writing

Lahir dan besar di Jakarta. Topik tulisan: mengatur keuangan pribadi, kehidupan di Australia dan filosofi hidup sederhana. Saat ini bermukim di Sydney.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe featured

Belajar Bahasa Inggris Lewat Video Game

6 Agustus 2012   04:41 Diperbarui: 13 Juli 2016   10:09 3506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bermain video game. teh oddyseyonline.com

Waktu SMP ulangan bahasa Inggris saya selalu dapat 20, itupun seharusnya 0 karena kata guru saya kita sudah berpikir keras jadi setidaknya harus ada ‘ongkos tulis’. Nilai bahasa Inggris saya baru mulai menunjukan perbaikan ketika saya menginjak SMA 1 berkat main Playstation.

Ini bukanlah pembenaran untuk menghabiskan waktu main game seenaknya. Saya hanya secara tidak sengaja menemukan cara belajar bahasa Inggris tanpa merasa belajar. Game yang dimainkan pun tidak sembarangan. Kalau anda menghabiskan waktu bermain game yang cuma asal gebuk, seperti Tekken, tanpa banyak percakapan, pemahaman bahasa Inggris anda tidak akan meningkat.

Game yang saya anjurkan termasuk dalam kategori Role Playing Game (RPG) seperti Final Fantasy dan Action yang banyak percakapan dengan jalan cerita yang menarik seperti Resident Evil dan Metal Gear. Game akan semakin nikmat dimainkan bila kita mengerti jalan ceritanya dan karena kita harus mengerti percakapan untuk menamatkan game RPG/memecahkan teka teki maka kita akan dipaksa untuk mengerti.

Perlu dicatat bahwa untuk grammar menurut saya anda tetap perlu pembimbing untuk mengoreksi. Langkah-langkah yang saya tulis di bawah lebih bertujuan untuk meningkatkan comprehensiveness secara umum. Namun berita gembiranya, dari pengalaman pribadi grammar menjadi jauh lebih mudah dipelajari ketika anda sudah memiliki foundation yang kuat untuk mengerti ungkapan-ungkapan/percakapan dalam bahasa inggris.

Inilah langkah-langkah yang saya lakukan waktu masih belajar bahasa Inggris lewat main game:

1.Meaning = Context + Definition

Banyaknya vocabulary yang harus dikuasai dulu membuat saya keringat dingin, mana mungkin saya harus menghafal satu-satu definisi kata-kata asing di otak saya! Untunglah otak manusia super canggih. Ketika kita masih kecil orang tua kita tidak menjelaskan kita satu per satu apa kata untuk ini atau itu. 

Mereka hanya menjelaskan basicnya dan kita secara intuitif menginterpertasi sendiri sisanya. Gunakan intuisi anak kecil anda untuk belajar bahasa Inggris. Contohnya: waktu main game RPG Xenogear ada sebuah item yang namanya ‘Cap’, dulu saya tidak mengerti apa itu tapi secara intuitif saya tahu itu adalah sesuatu yang bisa dipakai dilihat dari konteks. Saya cek di kamus, benar saja itu artinya ‘Topi’.

Contoh lain: ada 2 orang sedang bercakap-cakap ada orang ketika masuk dengan tiba-tiba, percakapan berhenti dan si orang ketiga ditanya: “who are you after?”. Kalau anda hanya melihat dari sisi definisi kata per kata semata, anda akan bingung apa artinya. Sekali lagi, lihatlah konteks di mana kalimat itu digunakan dan saya biarkan untuk pembaca menebak apa artinya. Intinya: melihat konteks sering kali cukup untuk memahami maksud kata-kata. Tapi tentu saja anda harus menguasai basic vocabulary terlebih dahulu.

2.Mencatat dan Menghafal Vocabulary

Mungkin langkah ini terdenger kontradiksi dengan langkah pertama diatas. Tapi sering kali konteks saja tidak cukup untuk mencapai 100% comprehensiveness terlebih lagi untuk technical vocabulary atau meaning nya amat context specific. Contohnya: ketika main game Metal Gear, banyak istilah-istilah militer yang saya tidak mengerti kalau tidak buka kamus. Selagi main game biasanya saya menaruh secarik kertas dan pen. Saya catat semua kata-kata yang saya tidak mengerti, buka kamus dan tulis penjelasan artinya dalam bahasa Inggris. Ketika saya main ulang gamenya lagi jalan cerita menjadi lebih masuk akal dan enak diserap.

3.Putting it all together

Dua langkah di atas saja tidak cukup, ibaratnya anda tidak akan mahir belajar renang bila membaca buku renang dan belajar teori-teori. Saya pernah membaca bahwa ada beberapa level untuk mengetahui level kemahiran seseorang dalam berbahasa asing:

Level 1: Anda mengerti apa yang diucapkan oleh native speakers tapi anda tidak bisa mengucapkannya i.e. passive users.

Level 2: Anda dapat mengucapkan meski tidak lancar tapi native speakers mengerti apa yang anda ucapkan.

Level 3: Anda dapat berdebat luwes dengan native speakers dan menyakinkannya untuk setuju dengan pemikiran anda.

Level 4: Dalam tidur anda bermimpi bercakap-cakap dalam bahasa inggris.

Karena itu langkah yang terakhir ini sangat penting: Total Immersion and practice. Libatkan bahasa Inggris dalam hidup anda sehari-hari. Alih-alih berpikir dalam hati: “entar malam makan apa ya?”, berpikirlah dalam bahasa inggris: “What’s for dinner?”. 

Ketika melakukan push up jangan menghitung satu dua tiga dan seterusnya, gunakanlah bahasa inggris: one, two, three. Ketika anda mencatatat ‘To Do List’/daftar kegiatan yang perlu dikerjakan, resep makanan dsb, tulislah dalam bahasa Inggris, pada awalnya terasa janggal tapi teruskan, biasakan anda menulis dalam bahasa Inggris. Dengan menulis dalam bahasa inggris anda juga berkesempatan menggunakan vocabulary baru yang Anda pelajari sehingga semakin mudah mengingatnya untuk jangka panjang.

Bagaimana dengan Listening dan Speaking skill? Kalau anda tidak sanggup bayar les bahasa inggris dengan native speakers seperti English First, tontonlah berita berbahasa inggris, dengar radio berbahasa inggris (waktu kos saya kenal orang dari Tibet yang mengaku belajar inggris dari BBC radio, inggrisnya jauh lebih baik dari saya sampai saya pikir dia sudah lama belajar inggris) dan rekam percakapan bahasa Inggris anda jadi Anda tahu seberapa kentalnya aksen Anda dan ini juga berfungsi sebagai feedback mechanism.

Belajar bahasa asing itu seumur hidup. Saya yang sudah 9 tahun tinggal di negara bebahasa Inggris saja masih tetap harus belajar. Dibanding native speakers, Inggris saya masih jauh dari sempurna, kadang speaking masih acut kadut dengan aksen kental, writing masih ada grammatical errors makanya sesekali saya menulis artikel di Kompasiana dalam bahasa inggris untuk berlatih, contohnya: Have We Lost The Spirit of Olympics dan Who Am I. Kuncinya practice, practice and practice!

Selamat mencoba.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun