Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Masalah BTS dari Hulu Hingga Hilir Kemenkominfo

19 Mei 2023   06:15 Diperbarui: 19 Mei 2023   21:53 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak satu-satunya BTS, Ds. Dahu, Serang, Banten (sumber: dokpri/arsip)

Kasusnya mungkin meledak saat ini, namun problematika Base Transceiver Station (BTS) kiranya dari dulu kerap menuai pro kontra di tengah masyarakat. Jika fokus yang tengah dipublikasikan adalah persoalan pengadaan, tentu hal ini tampak realistis dengan apa yang dirasa oleh masyarakat. Khususnya di berbagai daerah yang minim akses komunikasi dan internet.

Daerah 3T (terdepan, terkecil,dan tertinggal) tidak melulu berlokasi di luar Jawa. Hal ini banyak ditemui di Banten, dan Jawa Barat, sesuai pengalaman penulis. Dua area yang minim koneksi internet inilah yang dapat dijadikan tolok ukur dari perkembangan di era digital. Dapat dibayangkan, bagaimana berjibakunya para siswa kala pandemi Covid 19 melanda.

Walaupun di Jawa Tengah dan Jawa Timur pun kiranya demikian, atau di daerah lain luar pulau Jawa. Persoalan ini tentu menjadi jawaban atas progresifitas yang tampak berseberangan. Kemajuan digitaliasi di berbagai sektor tampaknya tidak diimbangi dengan sarana yang memadai sebagai penunjangnya.

Bahkan Mahfud MD menyebutkan ada sekitar 985 menara BTS mangkrak, tak dapat difungsikan. Tidak tanggung-tanggung, sebesar 8 Triliun lebih korupsi pengadaan BTS terjadi di lingkungan Kemenkominfo. Ini adalah bukti bagaimana akses digitalisasi belum siap untuk dijadikan orientasi pembangunan bangsa. Walau dengan konsep percepatan dan pemerataan pembangunan di setiap desa.

Banyak data yang dapat disajikan secara faktual. Badan Pusat Statistik (BPS) pun menjelaskan secara rinci mengenai daerah-daerah yang belum memiliki akses layanan telekomunikasi dengan baik. Dimana Jawa Barat menempati posisi pertamanya dengan sebanyak 35 desa/kelurahan tanpa sinyal baik/lemah. Kedua adalah Banten, dengan 16 desa/kelurahan tanpa sinyal baik/lemah, per tahun 2021.

Ini kiranya dapat menjadi informasi bagi publik. Bagaimana digitalisasi yang sejatinya adalah kunci bagi kemajuan masyarakat, justru diselewengkan melalui berbagai konspirasi. Sedangkan untuk daerah Jawa Timur dan Aceh ada pada peringkat ketiga, dengan total 10 desa/kelurahan tanpa sinyal baik/lemah. Untuk lebih lengkapnya silahkan cek disini.

Maka secara abstraktif dapat dijelaskan, bahwa indikasi korupsi BTS sebenarnya tidak hanya terjadi di daerah 3T. Melainkan di daerah yang justru dekat dari Ibukota, Jakarta. Analisis yang dapat diterangkan tentunya perihal kerjasama antara Kominfo dengan berbagai Kepala Daerah 3T ataupun non 3T. Bagaimana pengadaan BTS dapat direalisasikan dengan baik, dan transparan bersama masyarakat.

Apalagi disebutkan bahwa proyek pengadaan BTS kerap dijadikan arena adu tender yang tidak sehat. Hal ini selain membahayakan bagi masyarakat, tentu dapat merugikan secara finansial bagi para pelaku ekonomi, yang bergantung pada jaringan internet. Bahaya dalam perspektif struktur bangunan yang kemungkinan labil atau tidak sesuai dengan standar.

Maka tidak heran, jika banyak berita memuat bahwa menara BTS kerap menimbulkan bencana bagi masyarakat di sekitarnya. Hal ini yang kiranya menjadi area transparansi bagi masyarakat, sesuai dengan PerMen No. 02/PER/M.KOMINFO/3/2008. Syarat persetujuan oleh warga atau pihak terkait inilah, justru banyak diselewengkan hanya demi kepentingan pemilik proyek atau pemenang tender.

Area blank spot sinyal internet, Ds. Sinapeul, Kab. Karawang, Jawa Barat (sumber:dokpri/arsip)
Area blank spot sinyal internet, Ds. Sinapeul, Kab. Karawang, Jawa Barat (sumber:dokpri/arsip)
Memang, selain dibutuhkan, pendirian menara BTS adalah persoalan yang multikompleks jika ditinjau dari realitas sosial. Apalagi jika berhubungan dengan percepatan pembangunan daerah tertinggal. Ada banyak faktor yang dapat dipahami, selain dari kebutuhan masyarakat, ada faktor lain yang seharusnya dapat dijadikan orientasi, seperti layanan pendidikan dan kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun