Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perang Konvoi Sekelumit Pertempuran di Daerah Rawan Bencana

21 Desember 2022   14:40 Diperbarui: 21 Desember 2022   14:51 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesi berbagi semangat anak penyintas gempa di sekolah darurat (dokpri)

Sudah tiga pekan, sejak awal dirintisnya sekolah darurat kita masih berjibaku di Cugenang. Sebuah daerah yang terdampak gempa bumi di Cianjur beberapa waktu silam. Tentu tidak sekedar persoalan mengembalikan infrastruktur penunjang warga terdampak, melainkan kepada anak-anak penyintas gempa. Hampir setiap pagi sesi sekolah darurat serempak dilakukan di beberapa titik pengungsian, yap, setiap pagi, sisanya tentu saja berbagi waktu dengan warga.

Memang, area Cianjur ini terkenal dengan peristiwa perang konvoinya. Kisah pertempuran dahsyat Sukabumi-Cianjur adalah sekelumit peristiwa sejarah di masa lalu yang membuat anak-anak antusias mendengarnya. Apalagi jika berkisah tentang sepak terjang Kapten Anwar pada pertempuran Ciranjang. Sebuah peristiwa sejarah yang kini mungkin telah terlupakan.

A.H. Nasution dalam buku "Sekitar Perang Kemerdekaan" pun mengkisahkan mengenai pertempuran di sepanjang daerah Cibadak, Sukabumi, Cianjur, hingga Padalarang. Medio 1945-1946 adalah masa perang konvoi yang dilakukan oleh para pejuang Republik guna menghadang pasukan Belanda yang hendak menguasai area vital di Jawa Barat selatan. Karena memang, tujuan mereka adalah menguasai kembali aset-aset ekonomi yang dapat menguntungkan buat Belanda.

Secara kontur geografis memang, area Sukabumi ataupun Cianjur adalah jalur perbukitan terjal yang tampak rapuh bila terjadi bencana. Tetapi, kontur medan terjal inilah yang pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan menjadi kunci kemenangan para pasukan Republik. Selain sabotase dengan menanam ranjau dan menjebol jalan, di beberapa sektor, bukit-bukit disana justru diruntuhkan untuk menutup akses mobilitas dari pasukan musuh.

Mungkin yang fenomenal adalah peristiwa Bojongkokosan, tetapi aksi baku tembak di sepanjang jalan raya Cianjur sekiranya dapat menjadi kisah menarik yang dapat diulas. Apalagi jika mengulas sepak terjang Kapten Eddie Soekardi, salah seorang pejuang perang konvoi di Cianjur. Berbekal bom molotov, bersama para pejuang dan laskar, pasukan TKR menghujani konvoi kendaraan musuh yang berada di sepanjang area perbukitan Tapal Kuda.

Sesi bermain bersama (dokrpi)
Sesi bermain bersama (dokrpi)

Semakin dalam bercerita mengenai heroisme para pejuang Cianjur, ternyata semakin semaraklah anak-anak yang datang di shelter sekolah darurat. Banyak diantara pahlawan dari Cianjur yang kiprahnya jarang didengar oleh anak-anak, dan itu adalah faktanya. Selain itu adapula kisah mengenai Pak Soeroso dari Barisan Banteng, yang konon memiliki kesaktian ketika bertempur. Walau tiba-tiba ada serangkaian serangan dari pucuk-pucuk pohon, tempat para sniper Republik menghujani pasukan musuh dengan tembakan.

Selama beberapa waktu, dan di lokasi-lokasi yang curam, para laskar bersama rakyat melongsorkan tebing dengan alat seadanya. Sedangkan tembakan-tembakan sporadis juga dilesatkan dari sisi seberang jurang yang melintang disepanjang desa Mangunkerta. Hit and run, menghindari aksi bombardemen balasan dari pesawat-pesawat Belanda. Disamping aksi dari para penduduk yang telah menyingkir dari desa.

Hal itu dilakukan guna menghindari pengerahan tenaga paksa dari penduduk untuk membersihkan jalan-jalan yang disabotase. Begitulah kisah menarik yang sesuai dengan semangat bangkit bersama di Cianjur ini. Bersama-sama berjuang dan bekerjasama guna pemulihan yang lebih cepat adalah agenda utama disini kini.

Menjadi sebuah rangkaian kisah yang seru dan menarik bagi mereka (anak-anak). Pun terlihat para penduduk dan relawan lain yang turut menyimak kisah-kisah yang sarat nasionalisme dari kami di Tim Misi Kemanusiaan. Sampai usai sesi materi, kita pun sempat bermain kirikumi bersama anak-anak. Kirikumi sendiri adalah taktik perang yang diterapkan sejak masa Jepang, yakni menembaki musuh secara sebunyi-sembunyi, khususnya di malam hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun