Mohon tunggu...
Hendra Fahrizal
Hendra Fahrizal Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Certified Filmmaker and Script Writer.

Hendra Fahrizal, berdomisli di Banda Aceh. IG : @hendra_fahrizal Email : hendrafahrizal@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semua Orang Pasti Akan Mati

7 Oktober 2020   23:38 Diperbarui: 7 Oktober 2020   23:45 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kata-kata dalam judul itu sering saya dengar terucap bagi mereka yang abai terhadap Covid 19. Mereka lalu menyampaikan dalil-dalil agama untuk itu. Maka saya kadang menjawab dengan dasar agama pula.

Saya bilang, "Sejak dulu, ustad mengaji saya mengatakan, sebaik-baiknya manusia, adalah mereka yang mengharapkan kematian secara kodrati, yaitu saat ajal tiba kala menua."

Kenapa?

Karena bukankah kita dalam hidup mengejar amal. Dan salah satu amal yang selalu dikejar adalah amalan yang tak pernah putus hingga ke alam kubur, yaitu amal jariyah.

Masalahnya, memperoleh amal jariyah ini, menuntut kita dapat hidup sepanjang-panjangnya di muka bumi ini. Seluruh amalan jariyah --bukan satu atau dua-- dari tiga amalan itu, hanya dapat dicapai maksimal ketika manusia panjang umur.

Pertama, ilmu yang bermanfaat. Ilmu itu diperoleh atas dasar pendidikan dan pengalaman. Pendidikan dan pengalaman itu biasa berurat berakar seiring waktu. Tidak mungkin seorang yang baru tamat SMP dapat mengajarkan ilmu kepada seorang mahasiswa. Tidak lucu juga, seorang sarjana mengajarkan sesuatu kepada profesor. 

Maka ilmu yang diajarkan, lebih lazim disampaikan oleh orang yang kaya pengalaman, kaya pendidikan, dalam artian dewasa secara umurnya dan berpengalaman dalam mengecap ilmu. Bila seseorang mencapai ilmu tertinggi, seperti profesor, maka kita sepakat pencapaian itu bukan sesuatu yang gampang dan cepat diperoleh, bukan? Oleh karena itu, menjadi ahli dalam satu bidang, maka membutuhkan masa yang panjang untuk itu. Untuk mencapainya, dibutuhkan umur yang panjang pula.

Kedua, sedekah jariyah. Ketika bersedekah, kita tentu harus selesai dulu dengan segala kebutuhan pribadi dan rumah tangga sendiri. Tidak mungkin kita bersedekah, tapi kebutuhan dapur, kesehatan dan pendidikan anak terbengkalai. Tentu kita harus memiliki rejeki berlebih dahulu untuk dapat bersedekah jariyah. 

Dan semakin tinggi karir seseorang, semakin besar pendapatannya, maka kemudahan untuk bersedekah jariyah semakin besar. Hal itu biasanya dibarengi dengan usia yang bertambah. Di masa tua, ketika anak-anak sudah besar, dan mampu menghidupi orang tuanya, biasanya dari sana orang tua selesai dengan materi dunia. 

Di masa itu mereka cukup dengan makan 3 kali sehari dan selembar koran di pagi hari. Rumah sudah besar (bahkan kelewatan besar untuk ditinggali berdua dengan istri). 

Pada masa itu orang tua kita biasanya memilih mewakafkan tanah, terlibat dalam kegiatan atau ikut terlibat menjadi donatur membangun mesjid menggunakan harta yang dikumpulkan semasa jaya, karena sadar bahwa harta tak dibawa mati. Hal ini menunjukkan, kemudahan berbagi harta untuk amalan jariyah juga menuntut seseorang berumur panjang agar rentang waktu dalam menyisihkan rejekinya juga panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun