Mohon tunggu...
Hendra Fahrizal
Hendra Fahrizal Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Certified Filmmaker and Script Writer.

Hendra Fahrizal, berdomisli di Banda Aceh. IG : @hendra_fahrizal Email : hendrafahrizal@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ketinggalan Pesawat yang Mengubah Arah Hidup

3 Juli 2020   22:19 Diperbarui: 6 Juli 2020   22:12 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dunia radio itu lebih sebagai mengisi waktu luang dan lompatan untuk profesi lainnya, seperti MC, host, pembawa acara (jika beruntung masuk TV) atau penambah CV saja kalau mau melamar kerja. Tapi kalo gak sarjana mau ngelamar kemana? Saya ciut kala beberapa orang mendoktrin bahwa tanpa kuliah hidup akan jadi manusia kelas rendahan. Ya bisa jadi. Saya terima nasib saja. Apalagi kondisi Aceh waktu itu sulit, konflik, krisis listrik, lengkap.

Hingga kemudian, pada tahun 1999, stasiun radio tempat saya bekerja, mengirimkan saya workshop ke Jakarta. Itu adalah pengalaman saya pertama ke Jakarta sekaligus pengalaman pertama naik pesawat. Radio meminjamkan uang saku buat jaga-jaga sebesar 500 ribu (dan itu harus dikembalikan ketika saya dapat uang saku dari panitia nanti). 

Berangkatlah saya. 

Di Jakarta, saya ketemu dengan teman dari Radio Bonsita Medan (saya lupa namanya), dan menjadi teman saya selama disana. Kami janjian pulang kembali ke kota asal barengan karena satu arah dan pasti akan satu pesawat (karena pesawat ke Banda Aceh pada tahun itu hanya 1 flight). Begitu workshop selesai, teman saya itu mengajak jalan-jalan dulu, mumpung sama-sama baru pertama ke Jakarta. Jadi kami tidak langsung pulang ke kota asal. Untuk menghemat biaya, dia mengajak saya menginap di tempat saudaranya di Bekasi.

Lalu ia cerita bahwa ia berencana untuk merefund tiket pesawat dari panitia dan berencana naik kapal laut. Dia bilang selisihnya lumayan. Harga tiket pesawat 1,4 juta rupiah. Sementara kapal laut kelas 1 hanya 400 ribu. Dia mengajak saya, namun saya tidak mau, karena saya berpikir hanya ingin cepat kembali ke Banda Aceh, karena ingin mengejar lebaran Idul Adha yang 3 hari lagi (naik kapal laut ke Medan 2 hari 1 malam, lanjut naik bus semalaman), jadi saya memutuskan naik pesawat saja.

Pada hari keberangkatan saya, teman saya itu mengantar saya dari Bekasi ke bandara. Dia cerita, setelah mengantar saya, dia akan ke Petogogan, lokasi kantor travel yang menjadi mitra panitia kegiatan untuk me-refund tiket. Lalu sorenya langsung ke Tanjung Priok karena hari itu ada jadwal keberangkatan kapal ke Belawan.

Pada waktu flight ke Banda Aceh (yang hanya satu flight itu) adalah jam 7 pagi. Karena baru pengalaman pertama, saya tidak menyadari, bahwa ternyata walaupun saya mulai jalan jam 4 subuh dari Bekasi, itu terlalu terlambat untuk menuju bandara. Saya sampai di bandara tepat jam 7. Tentu saja itu sudah terlambat. Pesawat pasti sudah boarding dan bahkan sudah take off.

Petugas check in, lalu bertanya, apakah ingin terbang besok atau mau di refund? Saya pikir, daripada terbang lagi besok dan harus menginap lagi di hotel (karena teman saya sudah pulang kan?), lebih bagus saya ikut teman saya saja pulang naik kapal. Tidak bisa merayakan Idul Adha, bodoh amat lah. Lalu saya cabut langsung ke Petogogan.

Dan disana, saya bertemu teman saya. Dia juga baru sampai disana karena naik Damri. Sementara saya naik taksi jadi sampai lebih cepat. Akhirnya disana kami sama-sama merefund uang tiket pesawat kami dan pulang naik kapal.

Di kapal, kapal Kelud (saat itu kapal Kelud baru beroperasi) saya sangat menikmati sensasi perjalanannya yang ternyata luar biasa. Padahal waktu itu kami tidak kebagian tiket kelas 1 karena kehabisan akibat peak season lebaran. Kami dapat tiket ekonomi, harganya 200 ribu. Tapi, okelah, jadi lebih hemat.

Saya sampai di Banda Aceh pagi pada lebaran Idul Adha dengan uang sekitar 1,5 juta rupiah dikantong, hasil refund tiket Garuda plus uang saku dari panitia. Saya memandangi uang itu. Inilah uang terbanyak yang pernah saya pegang. Nilai saat itu mungkin sekitar 3-4 juta lah kalau dikonversi ke masa saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun