Mohon tunggu...
Hendra Fahrizal
Hendra Fahrizal Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Certified Filmmaker and Script Writer.

Hendra Fahrizal, berdomisli di Banda Aceh. IG : @hendra_fahrizal Email : hendrafahrizal@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Previlese

4 November 2018   22:16 Diperbarui: 4 November 2018   22:34 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Konon, ada sebuah cerita, seorang ustad pernah bertanya, apa nikmat terbesar yang diberikan Tuhan pada umatnya?

Audiens di depannya menjawab, "hidup", "iman", "keluarga" dan lain sebagainya.

Namun ustad tersebut menjawab dengan versi berikut argumentasinya, "bisa memilih."

Lalu kemudian cerita berkembang ke sebuah kisah tentang seorang kakek dan cucu yang sedang menunggu keberangkatan kereta api. Namun tiba-tiba ada pemberitahuan, bahwa satu rel anjlok dan kereta tidak bisa berangkat hingga waktu yang tidak ditentukan. Seorang wanita yang duduk disebelah kakek itu berkata, "Saya akan refund tiket ini, saya akan beli tiket pesawat saja."

Sementara kakek tersebut, yang kemampuan keuangannya pas-pasan, berkata pada cucunya, "Ya kita tunggu saja sampai rel-nya diperbaiki, mau gimana lagi."

Betapa nikmatnya menjadi perempuan  yang dapat menukarkan tiket kereta api yang delay dengan tiket pesawat. Ia memiliki kemampuan memilih. Hebat bukan?

Orang miskin dan orang kaya cenderung dibedakan dengan seberapa banyak harta yang mereka miliki. Kita menganggap maka bila miskin jadi tak punya privelese. Nah, itu salah. Dan ini jadi alasan saya untuk menulis ini. 

Ada satu kemewahan yang menyamakan antara seorang kaya dan seorang miskin. Yaitu, previlese tadi.

Orang miskin sebenarnya juga memiliki previlese, mereka bisa gunakan pada satu momen tertentu, salah satunya ketika dia mampu menjawab 'tidak' terhadap sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan kata hatinya. Seperti kata ustad tadi, previlese adalah satu-satunya kemewahan yang ada pada setiap orang. Saya senang sekali, bila mendengar ada seorang miskin menolak tawaran pekerjaan ilegal  karena memilih tetap miskin tetapi tetap berada di jalur hidup yang lurus dan benar. Walau tidak diucapnya, tapi ia telah menunjukkan, bahwa "saya miskin, tapi saya istimewa."

Memiliki previlese adalah kenikmatan hidup yang juga saya miliki, baik dari sudut kenikmatan 'dapat memilih  fasilitas' seperti perempuan di stasiun kereta api tadi dapat lakukan atau bahkan di beberapa hal lain. 

Saya ingin cerita, sebagai seorang wirausaha yang mengelola perusahaan kecil di bidang multimedia, ada kalanya saya mengalami hal-hal yang cukup mengusik idealisme saya (dan mungkin sebagian orang lain), yaitu ketika kita ditawari sebuah pekerjaan dari dinas disini, maka ASN korup disini kerap meminta fee yang nilainya lebih dari batas wajar, semisal 40-70%. Walaupun nilai kontraknya lumayan menggiurkan, tapi idealisme yang terusik adalah hal yang sangat mengganggu. Kalo kata orang Medan, awak yang mati-matian kerja, dia yang nerima lebih banyak uangnya. Saya pun memilih menolak pekerjaan itu. Saya mampu menolaknya karena banyak pekerjaan lain yang alhamdulillah masih dapat saya tekuni diluar sana. Kalau bukan di dinas, bisa lembaga swasta. Kalau tidak ada di Aceh, ya diluar Aceh. Saya mampu kok. Saya punya privelese.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun