Mohon tunggu...
Hendra Sinurat
Hendra Sinurat Mohon Tunggu... Administrasi - Pengangguran

Mahasiswa Fakultas Hukum di Universitas Simalungun

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Filosofi Makanan Nikmat

8 Agustus 2018   20:57 Diperbarui: 8 Agustus 2018   22:31 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sang tokoh utama mengajak para juri penilai untuk sejenak olahraga jalan santai seraya berkelakar, "Para juri-juri kan sudah lelah dan penat menanti kami menyelesaikan racikan kami. Alangkah lebih baik, jika sejenak olahraga sedikit untuk menggerakkan badan belaka." Melihat usulan itu, para juri tampak merespons dan menerima usulannya. Memang sedari tadi, mereka sudah dilanda penat dan kebosanan menunggu para peserta meracik makanannya.

Lalu, mulailah mereka berolahraga jalan santai keliling di tempat pelaksanaan acara tersebut. Setelah beberapa putaran, mulailah mereka bercucuran keringat sembari merasa haus. Si tokoh utama kemudian menyuruh mereka ke puncak untuk menikmati pemandangan luas nan indah yang terhampar di lokasi tersebut sepanjang mata memandang sembari dia bergegas menyiapkan makanannya racikannya.

Datanglah si tokoh utama menyajikan makanan racikannya dan beberapa gelas air putih dingin dihadapan para juri penilai. Para juri kemudian sudah tidak sabar mencicipinya. Alangkah terkejut mereka ketika membuka tirai makanan tersebut. Yang ada hanya sebuah makanan biasa dengan tampilan sederhana yang kerap ditemui di kaki lima beserta air putih dingin.

Perlahan, emosi mereka memuncak. Merasa dipermainkan. Disuruh olahraga hingga merasa lapar; haus dan diberikan harapan tentang sebuah makanan ter-enak, nyatanya hanya sebuah makanan biasa nan sederhana.

Melihat reaksi itu, sang tokoh utama buru-buru memadamkannya sembari berkata lembut, "Coba dicicipi dulu. Para juri sekalian tadi sudah lelah dan merasa haus dan lapar. Alangkah lebih elok dinikmati saja, ketimbang hanya menggerutu yang justru membuat semakin lapar dan haus."

Mendengar ucapannya tersebut, mereka saling memandang dan meskipun dengan diliputi perasaan jengkel, lapar dan haus seperti yang dikatakan si peserta tersebut, mereka coba mengikuti sarannya dan meredakan emosi sembari mencoba mencicipi hidangan sederhana yang disajikan tersebut--meskipun dengan perasaan jengkel yang mendalam.

Perlahan dicicipi dengan penuh kejengkelan dan kedongkolan makanan biasa nan sederhana itu sembari tetap sedikit menggerutu dan mereka merasa ini makanan yang ... enak! Mereka terhanyut! Dahaga lapar dan hausnya terbalaskan!

Mereka merasa seakan ada rasa kerinduan untuk makan yang amat mendalam. Merasa ini makanan ternikmat yang pernah mereka makan. Mereka 'balas dendam' atas rasa emosi, jengkel, lapar dan haus yang mereka dapat setelah berolahraga dan 'dipermainkan' begini.

Damn! Si tokoh utama dalam kartun ini membidik tepat di pola pikir mereka tentang makanan enak. Meruntuhkan segala teori dan konsep tentang racikan makanan enak. Di sini, si tokoh utama mengajarkan bahwa makanan enak itu tidak selalu nikmat; makanan tidak enak itu tidak selalu 'gak' nikmat. Kenikmatan makanan itu diukur saat kita sudah merasakan kerinduan untuk makan -- setidak enak apapun makanan yang dihidangkan itu.

Itulah makanan nikmat! Kita tentu tidak dapat menikmati sebuah makanan enak, sedap yang berlimpah ketika sebuah pistol sedang membidik kepala Anda; ketika kita pada situasi terintimidasi atau ketika nasib hidup-mati Anda sudah didikte oleh orang lain. Sebaliknya, ketika kita 'bebas' dan sudah merasa dahaga lapar, haus, apapun makanan yang tersaji itu terasa nikmat. Sesederhana apapun makanan itu! Itulah filosofi yang ingin disampaikan film kartun tersebut.

Sampai di sini, saya sejenak merenung dan merasa terkesan dengan cerita tersebut. Bagi saya, ini mengajarkan dan menjawab banyak hal. Saya dulu bertanya-tanya, kenapa ketika makan ramai-ramai itu begitu nikmat? Kenapa setelah kita lapar dan penat, ketika ada yang dengan begitu lembut dan ramah menyajikannya, makanan sederhana pun terasa enak dan nikmat? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun