Olahraga bersepeda pasca pemberlakuan PSBB tahun 2020 lalu menjadi salah satu tren favorit. Setelah tenggelam oleh olahraga lari, bersepeda kembali bangkit.
Olahraga yang mengandalkan kayuhan kaki ini dirasa lebih pas tatkala pandemi terjadi saat ini. Berbeda dengan yang tidak mempergunakan apa-apa seperti lari, jogging, senam yang dulu kerap dilakukan pada Minggu pagi dalam Car Free Day (CFD).Â
Berhubung kegiatan CFD dihentikan tanpa batas waktu, maka keberadaan olahraga dengan memakai alat bantu sepeda ini dirasa lebih tepat. Sebab orang bisa lebih mengatur jaga jarak dengan tidak melakukan kerumunan.
Olahraga memang salah satu cara untuk meningkatkan imun raga. Dengan memiliki badan yang sehat, risiko terkena sakit lebih kecil ketimbang mereka yang mager (malas gerak).
Namun demikian, karena dalam berolahraga juga memerlukan sirkulasi kadar oksigen yang bagus, maka ia juga termasuk kategoti aerosol generated procedure (AGP). Dengan begitu, aktivitas itu juga rentan menularkan virus berbahaya Covid-19. Terlebih lagi jika dilakukan di dalam ruangan dengan sirkulasi udara terbatas.
Seperti yang jamak disuarakan, penggunaan masker adalah salah satu cara mencegah makin mewabahnya penyakit ini. Maka, pemakaian masker saat olahraga juga ada aturannya. Sebab, penggunaan masker ini juga dirasa dapat mengganggu metabolisme tubuh ketika denyut nadi seseorang berada dalam kondisi maksimal.
Aktivitas olahraga secara umum intensitasnya dapat dibagi menjadi 3 kategori, yakni: rendah, sedang, dan tinggi. Cara penilaian untuk menentukan ini bisa dilihat lagi secara subjektif dan objektif.
Secara subjektif artinya seseorang dapat menentukan sendiri sejauh mana atau seberat apa olahraga fisik yang dilakukannya.
Kategori intensitas rendah misalnya masih bisa dilakukan sambil bernyanyi-nyanyi biasa, yang tak membutuhkan range vokal tinggi. Tingkatan menengah misalnya ditandai dengan masih bisa berbicara atau bercakap-cakap. Sedangkan intensitas tinggi ditandai dengan nafas yang sudah tidak beraturan atau ngos-ngosan.
Sedangkan penilaian secara objektif dilakukan oleh ahli medis atau dokter. Hal itu dapat dilihat berdasarkan persentase denyut nadi maksimal. Pada tiap orang, denyut nadi maksimal berbeda-beda berdasarkan usia.
Misalkan denyut nadi normal rata-raya maksimal 220, maka termasuk intensitas sedang terjadi pada rentang 60-80 persen. Pada kisaran angka ini, penggunaan masker pada saat berolahraga masih aman untuk digunakan.