Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PDIP Pilih JK atau Riamizard?

30 April 2014   15:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:01 1520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kandidat cawapres dari PDIP menurut Sekjen PDIP, Tjahjo Kumolo, mengarah pada JK dan Riamizard Riacudu sebagai opsi satu dan Mahfud MD dan Akbar Tanjung sebagai opsi dua.  Sedangkan partai politik selain Partai Nasdem, kemungkinan PKB dan satu partai 'hijau' lainnya.

Bila PDIP cenderung memilih salah satu calon yang termasuk opsi satu. apakah JK atau Riamizard Riacudu -terakhir menjabat KSAD pada saat Megawati menjabat Presiden RI 2002 - 2004-, maka PKB kemungkinan tidak akan memperoleh posisi kandidat Cawapres. Bila tetap berkoalisi dengan PDIP artinya PKB secara formal juga tidak dapat menuntut porsi kursi menteri apapun dalam kabinet yang dibentuk Jokowi bila ia terpilih jadi Presiden RI, entah kalau ada perjanjian di belakang layar.

Salah satu faktor keterpilihan seorang kandidat cawapres untuk mendampingi kandidat capres Joko Widodo adalah kandidat tersebut harus menjamin keterpilihan Jokowi, artinya si kandidat punya massa pendukung yang jelas.  Bila JK atau Riamizard yang dipilih bukan tanpa risiko bagi keterpilihan capres PDIP :


  • Pertama sebagian massa PKB kemungkinan besar tidak akan memilih Jokowi, terutama massa pendukung Rhoma Irama dan Mahfud MD, yang jumlahnya mungkin separuh dari pemilih PKB, dengan asumsi kenaikan suara PKB pada Pemilu Legislatif 9 April 2014 yang dua kali lipat berasal dari "Rhoma effect" dan "Mahfud MD effect".
  • Kedua bila Riamizard yang dipilih, tak terlalu jelas massa pendukungnya siapa, mengingat setelah pensiun dari KSAD Riamizard kurang terdengar namanya di dunia politik Indonesia. Riamizard dibanding JK untuk penyelesaian perdamaian Aceh sekitar sepuluh tahun lalu juga merupakan dua sosok yang relatif berseberangan. JK dikenal sebagai tokoh perdamaian penyelesaian pemberontakan GAM sedangkan Riamizard dikenal sosok nasionalis yang sangat cinta NKRI tak mau berkompromi seperti JK memberi banyak kelonggaran pada pihak GAM pada perjanjian Helsinki. Pasangan Jokowi-Riamizard kemungkinan tidak populer di Aceh dibanding Jokowi-JK, tapi faktor Riamizard segi positifnya akan menjaga keutuhan NKRI dengan sangat tegas bila mengingat sikapnya saat masih aktif di TNI.
  • Dari segi kapabilitas diplomasi internasional, Riamizard juga belum teruji, kecuali bila ia sebagai tentara pernah menjadi komandah misi perdamaian PBB seperti pernah dialami Brigadir Jenderal  SBY  di Bosnia saat memimpin kontingen perdamaian PBB yang terdiri dari pasukan dari banyak negara.


Bila JK yang dipilih, menurut pelbagai survei yang dilakukan banyak lembaga survei, pasangan Jokowi-JK memiliki tingkat keterpilihan tertinggi dibanding pasangan capres - cawapres lain, antara lain karena nama JK adalah nama yang sangat populer di Indonesia, apalagi di Indonesia Timur.  Namun disamping tingginya elektabilitas Jokowi-JK menurut lembaga survei, ada sisi negatif yang perlu dipertimbangkan PDIP:


  • Usia JK terlalu jauh lebih tua dibanding Jokowi, kemungkinan Jokowi seperti pada umumnya orang asal Jawa akan sungkan bersikap tegas kepada Wapresnya.
  • JK dikenal sebagai orang lapangan sebagaimana Jokowi, lebih jauh lagi JK dikenal banyak inisiatif, sebenarnya kurang cocok berperan hanya sebagai wakil saja. Dikhawatirkan nanti muncul lagi sindiran "The Real President" yang dikumandangkan para pendukung JK dan pasti tak akan membuat nyaman Presiden RI yang dipandang sebelah mata bukan Presiden yang sebenarnya. Sindiran boneka saja sudah tidak bikin nyaman.


Jadi JK atau Riamizard? Dari sisi keterpilihan dan kapabilitas JK lebih teruji daripada Riamizard, akan tetapi dari segi harmoni hubungan Presiden-Wakil Presiden, Riamizard tidak akan menjadi matahari kembar menyaingi Presidennya, disamping sikap tegasnya akan membuat nyaman rakyat bahwa NKRI akan dijaga orang yang sangat keras bersikap.

Bila mau berfikir out of the box, sebenarnya lebih ideal bila Jokowi itu dipasangkan dengan orang-orang cerdas berusia muda seperti Gita Wiryawan, Anies Baswedan, Marty Natalegawa atau yang agak tua sedikit seperti Jenderal (Purn) Pramono Edi Wibowo atau Dahlan Iskan. Kendalanya nama-nama orang relatif muda usia tersebut berasal dari Partai Demokrat yang pimpinan puncaknya diketahui tidak punya hubungan pribadi yang harmonis dengan Ketua Umum PDIP selama 10 tahun terakhir. Bila demikian maka nama Mahfud MD dan Abraham Samad akan menjadi nama alternatif yang layak dipertimbangkan.

Setelah Capres - Cawapres dari PDIP ditetapkan, rakyat akan menanti pertarungan memperebutkan jabatan tertinggi di Republik Indonesia dengan harap-harap cemas, mampukah Presiden dan Wakil Presiden terpilih membawa Indonesia ke arah yang jauh lebih baik dari saat ini? Siapa Presiden RI 2014-2019? Apakah Jokowi, Prabowo, Abu Rizal Bakrie atau sebuah nama lain yang tak terduga?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun