Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

SMA 6 + SMA 70 = SMA 500?

25 September 2012   03:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:46 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pada suatu hari tahun 1981, headline harian Kompas kira-kira senafas dengan judul artikel yang saya tulis.  SMA 9 dan SMA 11 di Jalan Bulungan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, adalah dua sekolah bertetangga tetapi sering tawuran.  Pemerintah Daerah DKI Jakarta mungkin cukup pusing dengan ulah murid-murid kedua SMA yang sering berantem ini, maka diputuskanlah untuk menggabungkan kedua SMA yang murid-muridnya kerap tawuran di jalanan itu menjadi sebuah SMA Negeri.  Resep yang manjur, tahun berjalan tahun, akhirnya campuran kimia SMA 9 + SMA 11 bereaksi positif membentuk sebuah komunitas yang solid, SMA Negeri 70.

Di sekitar Jalan Bulungan juga masih ada SMA Negeri yang cukup dikenal masyarakat Jakarta, yaitu SMA Negeri 6 di Jalan Mahakam.  Dengan SMA Negeri inilah murid-murid SMA 70 sering bertarung di jalanan, dengan pelbagai senjata mulai rantai sepeda, batu, balok kayu sampai celurit.  Masya Allah saya kira senjata-senjata itu hanya untuk gagah-gagahan bila terjadi tawuran, ternyata entah direncanakan atau tidak akhirnya senjata tersebut benar-benar digunakan untuk menusuk murid yang dianggap lawannya.  Murid yang akhirnya meninggal tersebut baru berusia 15 tahun, duduk di kelas 10 atau kelas 1 SMA, terbilang murid baru.  Saya yakin murid yang jadi korban sebelumnya bukan murid yang pernah terlibat tawuran atau perkelahian, bukankah baru 2 - 3 bulan menjadi murid SMA 6?

Saya tak ingin menyalahkan SMA70 atau SMA 6 atas timbulnya kejadian yang menyedihkan ini. Tapi sudah saatnyalah Kepala Sekolah menindak tegas murid-murid yang suka membuat onar.  Bila masih memungkinkan nasihati mereka, bila sudah kelewatan seperti membunuh orang yang mungkin tak tahu menahu tawuran sebelumnya, tindakan tegas tak ada kompromi lagi.  Murid yang menusuk korban sampai tewas, segera diserahkan ke Kepolisian, bila ia masih di bawah umur tentu harus diperlakukan sesuai aturan main, tetapi tak bijaksana bila dibiarkan atau disikapi terlalu lunak. Hukum bagaimanapun harus ditegakkan dan menimbulkan efek jera pada murid-murid yang suka tawuran.

Segera dilakukan analisis persoalan, analisis penyebab dan analisis keputusan atas kasus tawuran di Jakarta, wabil khusus kasus yang terjadi di sekitar Jalan Bulungan Kebayoran Baru pada hari Senin, 24 September 2012.   Murid-murid di sekolah-sekolah tersebut pastilah tak semua suka tawuran, mesti ada beberapa gelintir yang menjadi tokoh tawuran yang harus dinasihati intensif.   Saya kenal seorang Doktor Ilmu Keteknikan Kayu yang dulu sekolah di SMA 70.  Dia cerita waktu SMA dia juga pernah ikut tawuran, sebagai solidaritas terhadap teman-temannya.   Rasa setia kawan, solidaritas itulah alasan turut tawuran, selain mungkin adanya pewarisan rasa kebanggaan korps yang berlebihan.

Semoga segera ditemukan resep menghilangkan penyakit masyarakat yang namanya tawuran antar murid sekolah.  Murid-murid SMA 6, SMA 9 dan SMA 70 angkatan tahun 1979 - 1984 bila sudi bergabunglah dengan para pendidik dan ahli psikologi massa, bosan rasanya melihat penyakit masyarakat yang tak sembuh-sembuh.  Apakah mau meniru resep tiga dekade lalu menggabung dua SMA yang suka tawuran?  Bila 31 tahun lalu SMA 6 + SMA 11 = SMA 70,  mungkinkah harus terjadi  SMA 70 + SMA 6 = SMA 500 ?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun