Mohon tunggu...
Mohammad Helman Taofani
Mohammad Helman Taofani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

1982 born, happily married... A devout Pearl Jam fans, love to read, listening to music and watching movies. Write occasionally through my online journal. An avid fan of Italian Football. Going to travel sometime. Willing to travel all around the world. Would like to see the world before I die. Considering to live in another country. Obsessed to master at least five different (international) languange. A proud father of Aksara Asa-Madani.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Beli "Ori"

27 Desember 2011   11:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:41 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Lucu nih, baru liat teasernya aja udah ngakak," tulis seorang kawan di Twitter mengenai serial televisi 30 Rock. "Eh, saya ada tuh season 1-nya lengkap dalam format box set DVD ori," respon saya via reply di microblogging yang sama. "Wuidiih, maenannya ori. Ngeriii." Well, itu memang candaan yang biasa dari kawan saya. Ori di sini maksudnya original, authentic, legal. Tapi saya sempat berpikir sejenak, kenapa saya menyenangi prestise mengoleksi barang (dan jasa) yang ori? Padahal saya bukan tipe orang yang "anti piracy". Jawaban mengapa saya mengoleksi atau membeli CD asli band pujaan saya tak usah diulas. Demikian juga dengan beberapa koleksi film yang saya suka. Meski tak sepenuhnya puritan orisinil, tapi bila saya suka dan terkesan dengan film, biasanya saya memburu versi koleksinya, yang tentunya ori. Berbicara jersey sepakbola, ada satu footer menarik user Kaskus yang menyangkut dalam pikiran saya. "Belilah jersey 'ori' klub kesayangan Anda. Itu akan membantu klub kesayangan Anda jadi lebih kuat di musim mendatang." Silahkan dirunut sendiri jalan dan logika kualitatifnya, tapi memang faktanya demikian. Koleksi ori ini tak hanya menyangkut barang. Saya juga menggunakan fasilitas Uber Twitter berbayar, tercatat sebagai premium member sejumlah situs (jangan lupa, premium adalah untuk golongan tidak mampu - menurut Pertamina), dan kadang mendonasikan sebagian uang untuk Wikipedia, Postcrossing, Kaskus, dan sebagainya. Sama halnya dengan saya menjadi member unduh legal dari sebuah situs yang memungkinkan saya membeli mp3 (resmi) secara eceran. Itu juga mungkin termasuk "perilaku ori". Sesungguhnya saya tidak mengincar prestise sebagai pemilik barang (dan jasa) ori. Toh autensitas mp3 yang saya punya juga tidak ada bedanya dengan mp3 hasil unduh ilegal. Hal itu sekedar menghargai para kreator dan orang-orang di balik sesuatu yang amat saya suka. Pengembang Uber Twitter berjasa membuat aplikasi yang bisa saya gunakan. Maka ketika ia "meminta" uang sekitar 5 dollar pertahun untuk paid version, tentu saya tak berkeberatan. Sebetulnya, versi berbayar dan gratis tak jauh berbeda. Namun bagi saya 50.000 rupiah dalam setahun nilainya masih terlampau kecil dengan manfaat yang saya dapat. Lalu, Wikipedia yang sangat sering saya gunakan sebagai rujukan, "meminta" sumbangan dari pengunjungnya. Ketika membaca motivasi di balik permintaan donasi itu, saya tak lagi pikir panjang untuk membayar. Founder-nya, Jimmy Wales, bilang ia tetap insist Wikipedia jadi taman bacaan gratis di dunia maya, meski sebetulnya ia punya opsi untuk mengomersialkannya. Tidak semua saya mulai dari ori. Film 30 Rock pertama saya berasal dari unduhan (waktu itu sudah sampai season 2). Alex Baldwin cs ternyata mampu mengocok keras perut saya dengan komedi sketsa-nya. Jadilah ketika mampir di toko buku, dan terdapat "boxset" season 1-nya, saya segera membelinya sebagai reward apresiatif (meski saya sudah menonton semuanya). Jadi, saya membeli ke-ori-an karena saya menganggap hal itu layak diganjar dengan penghargaan. Sebagai end user, - most of the time - saya hanya bisa membayar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun