Mohon tunggu...
Helen Adelina
Helen Adelina Mohon Tunggu... Insinyur - Passionate Learner

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value - Einstein

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Beginilah Kalau Punya Pikiran Ngalor-ngidul

25 April 2021   09:45 Diperbarui: 1 Mei 2021   13:47 1368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi obrolan di meja makan. (sumber: pixabay.com/angelladagenhart0)

Terus, gimana sepatu kacanya bisa lepas satu? Itu kan sepatunya jatuh di tangga, pecah dong. Apa kacanya tahan banting?" Rasain rasain, rasain. Gimana saya jawabnya coba. E mama do do. 

Gelagapanlah saya menjawab pertanyaan yang bertubi-tubi. Akhirnya saya nyerah. Saya cuma bilang namanya dongeng, ada banyak hal yang gak masuk akal. Yang penting kita ngerti kalau dari cerita Cinderella ini, kita harus jadi orang yang sabar dan tetap baik meskipun kesusahan dan dijahatin orang. "Kalau gak masuk akal, kenapa ceritanya ditulis, Aunty?" Waduh, benar-benar skakmat, kalah saya sama anak kecil.

Kejadian ini membuat saya keder kalau disuruh membacakan dongeng untuk anak-anak. Padahal maksud hati ingin menumbuhkan kecintaan pada literasi untuk anak-anak. 

Tapi kalau ketemu anak-anak yang kritis kayak gini, bisa guncang ganjing dunia persilatan. Yang ada nanti malah buat anak-anak bingung karena apa yang dituliskan tidak sesuai dengan kenyataan. Lha iki piye? Dan saya gak mampu menjawab kebingungan mereka. Kan gak mungkin saya jawab, "Mbuh, gak ngerti aku tuh."

Keesokan harinya sebelum pulang, saya berjalan-jalan keliling kompleks dengan anak-anak teman saya ini. 4 rumah dari rumah teman saya, ada satu kavling tanah yang belum dibangun. 

Saya mengajak mereka melihat putri malu. Baru kali ini mereka melihat putri malu. Maklum, biasanya bergerak dari mal ke mal. Saya tunjukkan kepada mereka putri malu bisa menutup daunnya saat disentuh. Anak-anak terlihat takjub. 

Merekapun ikutan mencoba menyentuh daun putri malu. Saya cuma mengingatkan agar hati-hati, jangan sampai kena duri. Setelah kira-kira 15 menitan, si bungsu mulai mengeluarkan senjata ampuhnya. "Aunty, kok daunnya bisa nutup sendiri sih kalau dipegang? Kok rumput gak kayak gitu? Kebetulan saya tidak bawa hp saat itu. Tahu gitu kkan saya bawa biar bisa call a friend atau tanya mbah google.

Saya berusaha mengingat-ingat lagi dulu pernah belajar alasan putri malu daunnya menutup. Entah kenapa, waktu itu kok gak bisa ingat. Yang diingat cuma ini cara putri malu mempertahankan diri dari hewan yang mau memakan daunnya. 

"Memangnya yang mau makan putri malu hewan apa? ""Biasanya hewan yang makan rumput kayak sapi, kambing", jawab saya. "Tapi kan di sini gak ada kambing sapi, kok daunnya nutup juga? Kan saya yang pegang. Saya kan bukan kambing." Kena lagi deh saya. Ha ha ha.

Waduh, ternyata berurusan dengan pikiran yang ngalor ngidul ini repot juga. Mesti panjang sabar dan rajin-rajin baca. Karena orang yang suka mikir ngalor ngidul ini suka tiba-tiba nanya hal-hal yang tak terduga, di waktu yang tak terduga. Dan biasanya pertanyaan ini muncul secara otomatis dan terus ada di kepala sampai ketemu jawabannya. 

Kalau lagi kondisi capek, memang bisa buat emosi. He he he. Untuk anak-anak yang pikirannya ngalor ngidul dan kritis, pendekatan guru seperti pak guru Sosaku Kobayashi dalam cerita Toto Chan lebih cocok kali ya, supaya anak gak patah semangat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun