Mohon tunggu...
Ein A. Gilingan
Ein A. Gilingan Mohon Tunggu... -

170 cm, sawo matang, rambut oval

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sulut, Gerbang Indonesia di Arena MEA

26 Juni 2016   22:53 Diperbarui: 26 Juni 2016   23:09 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                          

PASCAkegalauan besar Uni Eropa setelah Inggris keluar, beberapa kalangan memrediksi hal itu berimbas pada ekonomi negara-negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia. Kata mereka, terlepas dari dampak yang mungkin timbul, Indonesia pada khususnya, mesti dapat belajar dari kondisi keretakan masyarakat UE. Apalagi Indonesia menjadi salah satu negara pebijak lahirnya kerjasama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Jika Indonesia sebagai arena pasar terluas bagi kerjasama perdagangan di MEA, sebagai negara kaya potensi, Indonesia harus mampu bermain cantik di arena tersebut, dan dalam waktu panjang harus menguntungkan semua daerah yang menjadi pilar penyanggah kekuatan ekonomi dan kebudayaan.

Sulawesi Utara (Sulut), sebagai kecil dari Indonesia dan sebuah provinsi yang berbatasan langsung dengan Filipina. Nantinya akan menjadi panggung pasar empuk bagi MEA. Sebagai panggung empuk produk-produk negara peserta MEA, Sulut sudah harus mampu menghadapi ‘serangan’ produk-produk tersebut. Siap atau tidak, Sulut sebagai bagian dari Indonesia, tetap harus siap; Sulut harus siap mengisi peluang dalam Indonesia yang sejatinya, ke depan akan menjadi salah satu gerbang dalam kerjasama MEA.

Aksentuasi bahwa Sulut menjadi salah satu gerbang Indonesia di arena MEA, sebetulnya sudah terlihat, bahwa selama ini Sulut telah ikut menopang Indonesia dalam perdagangan sesama negara ASEAN. Jika MEA dianggap sebagai kelanjutan dari ASEAN Free Trade Area (AFTA) tahun 1992, walau pada AFTA, Indonesia belum berperan maksimal dalam perdagangan --karena baru menyumbang sekitar 14,6 persen ekspor intra kawasan ASEAN— ke depan Indonesia harus berupaya memosisikan diri sebagai negara perdagangan yang sejajar dengan sesama negara anggota ASEA.

Dari 12 sektor prioritas produk potensi yang akan dikembangkan oleh negara-negara anggota ASEAN, setidaknya Sulut dapat menyumbang produk-produk berbasis agro, perikanan, perjalanan udara, perawatan kesehatan, dan pariwisata. Potensi-potensi ini, setidaknya sudah pernah mengemuka ke permukaan pada diskusi terkait sosialisasi MEA yang dilaksanakan Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSP) Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI kantor Gubernur Sulut, tranggal 13 Maret 2016.

Sulawesi Utara dalam Indonesia, memiliki banyak potensi di bidang pariwisata. Karakter alami masyarakat Sulawesi Utara, disimpulkan sebagai modal dasar yang besar dalam industri pariwisata. Modal dasar ini dapat menyita masyarakat negara-negara di lingkup MEA ketika pemerintah secepatnya memperbaiki jalur transportasi, penerbangan, infrastruktur hotel dan penginapan, dan perlindungan atas wilayah-wilayah pariwisata, kemampuan sumber daya manusia (termasuk penguasaan bahasa Inggris) dan lain sebagainya.

 Saya optimis, di bawah pemerintahan Olly Dondokambey dan Steven Kandouw, Sulut akan mampu memperbaiki fasilitas yang disebut tadi. Sulut akan mampu menjadi bagian kecil dari Indonesia dalam arena MEA, sebagaimana jauh sebelumnya sudah diingatkan oleh Dr Gerungan Saul Semual Jacob Ratulangi (1890-1949) ikhwal geoposisi Indonesia-pasifik bagi ekonomi dunia : (1) sebagai negeri konsumen; (2) negeri sumber bahan mentah; dan (3) sebagai negeri tempat penanaman modal.

Sulut, merupakan salah satu titik di Indonesia akan berperan dalam lalu lintas ekonomi dunia. Lintasan ini, sebetulnya sudah dirintis sejak zaman kolonial. Tanah di bumi Nyiur Melambai mengandung kekayaan bahan-bahan mentah mineral, permukaannya menghasilkan bahan mentah pertanian untuk ekonomi dunia. Sementara dari aspek masyarakatnya, penduduk Sulut termasuk dalam kategori giat bekerja sekalipun dengan tingkat hidup rendah.

Berangkat dari pemikiran Ratulangi, Dr Sinyo H Sarundajang, sewaktu menjadi Gubernur Sulut, berusaha mengeksplorasi, mengetahui, dan merumuskan kembali konsepsi dasar pemikiran Sam Ratulangi mengenai kondisi dan posisi geografis Indonesia yang sangat prospektif di kawasan asia pasifik, khususnya Sulawesi Utara dalam konteks geopolitik yang melingkupinya. Sarundajang menjadikan konsepsi dasar Sam Ratulangi acuan merumuskan strategi road-map pembangunan di Sulut, kemudian menuangkan kembali ke dalam buku berjudul Geostrategi Provinsi Sulawesi Utara sebagai Pintu Gerbang Indonesia di Kawasan Asia Pasifik.

Menyelami konsepsi dasar Sam Ratulangi, Sulut menjadi salah satu gerbang Indonesia di Asia Pafisik, dengan keunggulan yang dimiliki diharapkan tidak hanya membangun wilayahnya semata-mata melainkan turut menjadi penggerak pembangunan daerah-daerah di Kawasan Timur Indonesia (apalagi dari aspek kedekatan geografis). Hal ini sudah dipancang oleh Sarandujang, dan akan diteruskan oleh Gubernur Olly Dondokambey dalam lima tahun ke depan.

Ketika MEA mulai berlaku, investasi semakin dinamis masuk ke Sulut seiring dengan perbaikan dan penambahan infrastruktur jalan (Ring Road II, III dan Jalan Tol Manado-Bitung). Alur Sulut akan terus menggairahkan pengembangan di sektor pariwisata mixed, maritim-perikanan dan pertanian-perkebunan sudah begitu nampak terlihat. Meski akan concern pada tiga aspek itu, sejatinya Gubernur Olly Dondokambey secara mendasar tidak pernah akan mengabaikan aspek sumber daya manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun