Mohon tunggu...
Sayyidatiihayaa Afra Raseukiy
Sayyidatiihayaa Afra Raseukiy Mohon Tunggu... Lainnya - akun ini akan berisi apa-apa yang sedang saya gemari. sangat terbuka untuk diskusi.

suka baca, menulis, dan harus masih banyak belajar. sedang sekolah sarjana di Fakultas Hukum UNPAD bagian hukum tata negara.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Belajar Menyederhana dari Kaum Sinis Athena

22 Januari 2019   19:37 Diperbarui: 26 Januari 2019   14:59 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Betapa banyak benda yang tidak kuperlukan" ---Socrates.

Aliran filsafat Sinis pertama kali muncul di Athena pada sekitar 400 SM. Dikembangkan oleh seorang murid Socrates, Antisthenes, yang sangat kagum pada kesederhaannya. Kaum Sinis menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak terdapat dalam kelebihan lahiriah seperti kemewahan materi, kekuasaan politik, atau kepuasan terhadap pencapaian atas satu hal. 

Kebahagiaan sejati terletak pada ketidaktergantungan pada segala sesuatu yang acak dan mengambang. Disadari bahwa peraihan atas kebahagiaan yang demikian sangat sulit didapatkan ketika hal tersebut berbenturan dengan gairah manusia atas banyak pencapaian. Namun begitu berhasil diraih, ia tidak akan pernah lepas lagi. Kaum sinis menekankan pada pencapaian atas esensi dari kesederhanaan yang dimilikinya. 

Terlepas dari semua kekayaan materil kaum sinis percaya bahwa tidak ada yang boleh menganggu mereka dari kebahagiaan atas ketidaktergantungan pada satu hal untuk dapat membuat mereka berbahagia.

Sebagai manusia yang hidup pada abad ke-21, ketergantungan atas satu hal rasa-rasanya menjadi hal wajar. Ketergantungan terhadap koleksi tas atau sepatu, atas kopi atau  batangan rokok, atas musik atau puisi, atas handphone keluaran terbaru atau make up dan lain sebagainya rasanya menjadi hal yang sangat biasa. 

Kecenderungan manusia untuk membeli banyak benda sebagai pelengkap dirinya dapat dipahami sebagai bentuk pemenuhan atas diri. Ditambah masifnya pergerakan mode dan style ikut mendorong kecenderungan manusia terhadap satu atau lebih komoditi yang lagi dan lagi dipergunakan untuk melengkapi dirinya. 

Pertanyaan selanjutnya adalah, sungguh kah kita memerlukan mereka? Belum kah kita menjadi manusia yang utuh sehingga masih butuh melengkapi diri dengan benda-benda yang peruntukkannya barangkali tidak benar-benar menjadi kebutuhan?

Konon, Socrates sedang berdiri menatap sebuah kedai yang menjual berbagai macam barang. Ia tersenyum lalu akhirnya ia berkata, "betapa banyak  benda yang tidak kuperlukan". 

Jika dibandingkan dengan kecenderungan manusia era sekarang, menatap sebuah kedai berarti akan bersiap dengan paper bag yang penuh dengan berbagai macam benda, dan plastik-plastik yang berisi barang-barang yang akan siap memepercantik penampilan diri, dan dengan tagihan kartu keredit yang semakin mendekati limit. 

Perusahaan-perusahaan raksasa berlomba-lomba memenuhi hasrat masyarakat dengan membuat berbagai macam produk untuk dibeli, sedang masyarakat berlomba-lomba menjadi kaya, memiliki dompet yang penuh dengan kertas-kertas dan kartu-kartu debit. Kita semua menjadi jauh dengan kesederhanaan, terpisahkan oleh ambisi dan derungan desir dada tentang deifinisi bahagia. 

Bahwa bahagia berarti melengkapi diri dengan model ponsel genggam terbaru atau mencocokkan kaki dengan sepatu super mahal supaya terlihat gagah dan menawan. Kelas-kelas social terbentuk, kita menjadi begitu jauh dari esensi dalam membentuk sebuah pertahanan diri yang berbahagia. Sangat jauh dengan sederhana. Ketergantungan terhadap sesuatu yang mengambang menjadi nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun