Mohon tunggu...
Hastuti Ishere
Hastuti Ishere Mohon Tunggu... Administrasi - hamba Allah di bumiNya

Manusia biasa yang senang belajar dan merantau. Alumni IPB yang pernah menempuh pendidikan di negeri Kilimanjaro. Bukan petualang, hanya senang menggelandang di bumi Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenapa DPR Tak (Pernah) Mempertimbangkan Studi Banding ke Amerika?

5 September 2013   17:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:18 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Membaca berita tentang negeri tempat kelahiran tercinta, selalu mengundang mengundah lebih banyak gundah ketimbang sukacita. Sebagai warga negara perantau yang dengan sukarela ingin kembali ke kampungnya, saya takkan bohong kalau hati ini sedikit tersayat.

Tapi saya harus segera menghentikan curhat bernada sedikit lebay ini. Nanti dikira saya fans berat esbeye yang doyan curhat *eh. Tak adil. Saya yang perantau ini masih saja mengeluh, bagaimana dengan penduduk sekaligus warga negara lain yang seumur hidup ngejublek di Indonesia tercinta ini? Mau pemerintah (baik setempat atau daerah) peduli, setengah peduli, atau tidak peduli sama sekali, mereka tetap setia pada negara.

Setia pada negara tak melulu harus rela mati di medan perang. Setia pada negara bisa berarti taat bayar pajak, rajin bayar listrik meski kadang telat, bahkan tetap bayar iuran air meski PAM lebih sering tak mengucurkan air ketimbang mengalir deras.

Ah, sudahlah tak perlu dipanjang-panjangkan. Negeri ini sedang dalam autopilot. Pemerintahnya sibuk dengan dirinya sendiri. Soalnya ajang pemilu sudah hitungan hari. Hitungan bulan dianggap terlalu tak sinkron sampai-sampai seolah-olah negeri ini sedang dilanda demam lomba kampanye calon anggota legislatif dan calon presiden. Rakyatnya selalu dan selalu jadi penonton setia dagelan periodik pemerintahnya.

Mari kita beralih ke perekonomian. Tak perlu kita telaah inflasi yang membuat kening berkerut. Dolar amerika naik, harga-harga kebutuhan pokok naik, rakyat makin menjerit. Sederhana saja. Ini tak memerlukan gelar master apalagi doktor untuk memahami. Jadi, para anggota DPR itu, yang katanya wakil rakyat, yang selalu punya program studi banding ke luar negeri itu, kenapa tak sedikit jua punya akal inisiatif melongok ke Amerika Serikat?

Tidakkah mereka merasa prihatin ketimbang bangga, ketika Obama yang separuh darahnya adalah Indonesia, justru tega-teganya meng-sapiperah-kan negara yang menyumbang separuh nyawanya itu dengan gila-gilaan? Ya, gila-gilaan. Kok bisa? Dengan sangat sedih dan kecewa, saya beberkan beberapa fakta.

Pertama, harga tempe dan tahu makin meroket. Salah siapa? Mungkin rumput yang bergoyang tahu jawaban yang paling tepat. Saya baru saja baca status fesbuk om Hazmi Srondol yang sempat membandingkan kedelai lokal Grobogan lebih baik, lebih pulen, dan lebih tinggi kadar proteinnya daripada kedelai yang rutin diimpor dari negeri Obama sana. Tapi pemerintah tetap keukeuh dengan semangat 2000 sekian untuk impor kedelai.

Kedua, cadangan emas di Indonesia cuma bisa bertahan sampai 2016. Ini juga data dari status fesbuk teman kuliah saya, Arief Sigit, yang kebetulan sedang studi di Jerman sono. Nada statusnya kecewa, sama kecewanya dengan saya yang cuma membaca. Rakyat Papua sana harus terlunta, terluka, dan terus menderita sampai kapan? Gara-gara siapa? Katanya perusahaan asal negeri Obama (lagi) itulah yang sebetulnya ditengarai menjadi penyebabnya. Pripot alias Freeport yang selalu bikin repot. Demikian beberapa sumber menyebutkan.

Ketiga, mayoritas cadangan minyak bumi Indonesia dikelola secara tidak adil oleh banyak perusahaan tambang dari …. tiiiit (lagi-lagi) negeri Obama. Haruskah saya sebutkan mereknya satu-satu? Kasih tau ngga yaa? Ah, kali ini saya serahkan kesempatan ini sepenuhnya pada pembaca saja. Pembaca punya hak untuk meneliti fakta yang saya beberkan ini, sekaligus mengoreksi tentunya. Belum lagi kesemena-menaan lain terkait dengan penetapan harga minyak mentah dunia. Yang ini lebih miris lagi.

Konon kabarnya ada mafianya. Ada kongkalikong antara oknum pemerintah dan oknum yang berkecimpung di pasar dunia sehingga pemerintah harus membeli minyak mentah dengan harga tinggi. Katanya Indonesia penghasil minyak, kenapa pula rakyatnya harus selalu susah dan gundah karena menggilanya harga segala macam minyak? Mulai dari BBM, minyak goreng, bahkan minyak rambut? Ini bukan mengada-ada, tapi betulan nyata.

Keempat, pelanggaran privasi internet. Rumor (atau mungkin sudah jadi berita?) tentang ke-paranoid-an Obama dan para pejabat pertahanannya sehingga merasa perlu memonitor surat elektronik dan akun jejaring sosial rakyat aneka negara di banyak benua itu betulan ada. Buktinya, mantan intelnya saja sampai jadi buron. Dia jadi buron karena muak dengan arogansi pemerintahnya yang doyan mengacak-acak kedaulatan negara dengan kedok polisi dunia. Siapa itu namanya? Oh ya, Edward Snowden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun