Sampah sudah menjadi hal yang harus diselesaikanbersama masarakat dan pemerintah. Bukan sendiri-sendiri lagi, semua harus bahu membahu untuk mengatasi problema sampah. Sampah yang dihasilkan oleh masarakat sudah jauh banyak sehingga pembuangan tingkat akhirpun sekarang sudah tak dapat lagi menampung banyaknya sampah.Â
Penambahan jumlah penduduk juga menyebabkan peningkatan jumlah sampah produk rumah tangga. Kerja sama yang baik antara masarakat dan pemerintah harus terjalin mesra. Umumnya ini tak bisa terjadi karena banyak kesadaran masarakat yang gak ada sama sekali bahkan sekalipun dari orang yang katanya terpelajar sekalipun tetap membuang sampah sembarangan.
Untuk itu aku sebagai pengurus komunitas anak-anak Circle of  Happiness  juga mulai mengenalkan pada mereka tentang penanganan sampah agar tidak menjadi momok bencana alam. Salah satunya bank sampah untuk sampah anorganik. Pernah aku tulis juga di kompasiana. Nah, kali ini untuk sampah organiknya. Mau dibuat apa? Tentunya kompos.Â
Pengomposan adalah proses penguraian bahan organik yang bisa dipercepat dengan bantuan mikroba. Anak-anak disuruh membawa sampah organik yang ada di rumah. Tentunya potongan sayur atau kulit buah yang terbuang bisa digunakan sebagai bahan organik yang bisa dijadikan kompos. Waktu itu ada kak Nurul dan kak Tholut yang memberi keterangan bagaimana membuat kompos pada anak-anak dengan cara sederhana. Komposter yang mereka buat juga sangat sederhana dari tempat cat bekas dari plastik.
- Sampah organik yang ada dicacah halus.
- Kemudian dimasukkan ke dalam komposter yang ada.
- Ditambahkan stater mikroorganisme untuk mempercepat penguarain (bisa digunakan EM4 . campurkan 1 cc EM4 dengan 1 liter air dan 1 gram gula dan diamkan selama 24 jam) atau bisa digunakan pengurai alami yang terbuat dari bongkol pisang yang dicacah halus, air cucian beras, gula merah dan yoghurt yang dicampur jadi satu dan didiamkan selama 24 jam.
- Komposter harus wadah yang kedap udara. Setelah diberi pengurai barulah ditutup rapat-rapat.
- Pada bagian bawahnya diberi saringan untuk memisahkan bagian cair dan padat dari hasil proses pengomposan. Cairan yang didapat dialirkan lewat slang yang dipasang di sisi komposter.
- Menunggu sampai sekitar tiga mingguan untuk mengambil hasil pengomposan tersebut.
Sejak kecil sudah diberi pemahaman tentang pengelolaan sampah , kelak dewasa mereka bisa sebagai agen lingkungan di tempat tinggal mereka sendiri. Jadi mulailah dari diri sendiri di lingkungan yang terkecil sambil mengajak banyak lagi orang untuk berpartsipasi untuk menjaga lingkungan . Mulai dari hal yang sederhana di lingkungan sekitar.Â
Apalagi kegunaan kompos sangatlah banyak. Kompos digunakan untuk menambah hara dalam tanah agar tanaman menjadi lebih subur dan pertumbuhan lebih baik lagi. Nah, gimana , masih malas mengolah sampah untuk menjadii kompos????? Masa kalah sama anak-anak Laskar Hijau ini.
Sumber Foto: dok pribadi