Kepedulian perusahaan di Indonesia terhadap fungsi Corporate Social Responsibility (CSR) sangat parah karena masih ditemukan angka minus yang melakukan program CSR terutama di bidang lingkungan persampahan. Lebih bermasalah lagi karena umumnya disebabkan oleh faktor kelalaian manusia atau human error.
Perkembangan isu lingkungan serta persampahan nasional dan global perlu dibarengi konsep dan aplikasi terhadap fungsi tanggung jawab sosialnya atau Corporate Sosial Responsible (CSR) yang sangat terkait dan saling berpengaruh.Â
Termasuk pelaksanaan CSR di berbagai daerah di Indonesia hanya berprogres secara labil tanpa pertimbangan keberlanjutannya. Karena motivasinya hanya ingin mempermainkan dana-dana peruntukan untuk rakyat yang disebut CSR dengan berbagai cara.
CSR tidak semata menjadi kewajiban sosial perusahaan, namun juga dikaitkan sebagai konsep pengembangan yang berkelanjutan (sustainable development) baik pada produksi, maupun terhadap pemasaran usaha dan lingkungan.
CSR yang dipakai atau disalurkan secara baik, akan bernilai investasi - sosial - yang maha dahsyat oleh perusahaan pemilik CSR, akan berefek positif (profit income) terhadap pengembangan bisnisnya ke depan.Â
Begitupun sebaliknya akan menjadi bumerang bagi perusahaan CSR itu sendiri bila tidak dijalankan dengan baik dan benar. Makanya perusahaan CSR harus mampu menempatkan sumber daya manusia yang mumpuni atau yang bersifat negarawan untuk ditugaskan mengelola program CSR di masyarakat.Â
Dana CSR sangat berpotensi menjadi bancakan korupsi (internal dan eksternal perusahaan) yang diperankan oleh stakeholder - pelaku - CSR itu sendiri, dengan mudah dan pandai berbahasa culas - berbohong - dalam melaksanakan programnya.Â
Sayangnya sebagian besar korporasi di Indonesia belum menjalankan prinsip-prinsip CSR yang sesungguhnya. Masih banyak yang mempermainkan dana-dana CSR yang berlimpah. Hanya dinikmati oleh oknum birokrasi dan perusahaan CSR itu sendiri.
Masih banyak perusahaan CSR keliru dalam mendukung pengelolaan lingkungan dan persampahan, khususnya dimana perusahaan tersebut berproduksi.Â
Sangat minus perusahaan yang ingin benar-benar menyalurkan CSR dengan benar dan bertanggung jawab. Hanya mempertontonkan kepura-puraan dalam olah pikir dan tindakan menghadapi rakyat sebagai pemanfaat CSR.Â