Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Plastik, Anugerah atau Musibah?

14 Agustus 2019   08:15 Diperbarui: 14 Agustus 2019   08:23 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Plastik dan sebuah keniscayaan. Sumber: Dokpri.IPR

Membedah sukses story dan izin saya copas untuk "save dan share" sebagai pembelajaran kini dan ke depan atas perjalanan dan keberadaan plastik di Indonesia dari Prof. Akbar Tahir (Guru Besar Unhas Makassar), cukup mencerah dan memberi signal bahwa plastik adalah sebuah keniscayaan. Makanya jangan ditolak keberadaannya, tapi sambut dan layani (kelola) agar jangan menjadi musuh yang ahirnya menjadi musibah.

Tak berselang lama setelah Perang Dunia 2, plastik mulai diproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia saat itu, akibat bahan-bahan baku seperti baja dan porselen sangat sulit didapatkan dalam kondisi dunia yang baru saja reda dari amuk peperangan yang melanda seantero jagad bumi.

Singkat cerita, plastik mulai diperkenalkan di Makassar saat saya berusia 8 atau 9 tahun, penghujung tahun 1960-an. Saat itu yang saya ingat, para penjaja plastik membawa barang-barang dagangannya memasuki kompleks perumahan, ada yang ditukar cash, namun lebih banyak yang ditukar dengan baju-baju atau celana-celana bekas layak pakai saat itu.

Produk-produk plastik saat itu kebanyakan dalam bentuk ember, timba, baskom serta tali rafiah. Seingat saya botol masih terbuat dari gelas/beling saat itu. 

Baru pada akhir 1970-an sudah mulai banyak diperkenalkan produk-produk plastik seperti kotak/box penyimpan makanan dan thermos air yang sebelumnya dengan rangka bagian luar terbuat dari besi.

Saya tidak ingat kapan persisnya, namun di penghujung 1970-an sudah mulai diperkenalkan minuman dalam kemasan botol plastik dan mie instan dalam kemasan. 

Walaupun, di bagian akhir tahun 1960-an saya ingat ada permen/candy yang sudah berbalut pembungkus plastik yang biasa diberikan ke saya dan adik-adik oleh suami nenek saya yang kebetulan bekerja di Bea Cukai saat itu (juga dengan berbagai jenis buah import).

Era 1980-an adalah puncak perkembangan yang sangat pesat bagi berbagai aplikasi plastik, baik untuk kepentingan kemasan makanan dan minuman hingga ke industri otomotif. Hingga sekarang aplikasi plastik sudah sedemikian luas dan sangat membantu aspek kepraktisan hidup manusia.

Persistensi Plastik

Seluruh dunia. Masalah kemudian timbul akibat 'ketidak-tahuan' sebagian besar warga dunia tentang persistensi plastik dan sulitnya (butuh waktu lama) untuk terdegradasi secara sempurna di lingkungan.

Mungkin, saat itu kita hanya terpaku pada aspek 'practicality' dari penggunaan dan pemanfaatan plastik, di seluruh aspek aplikasinya. Belum lagi dengan rendahnya tingkat penyadaran publik (edukasi) akan bahaya latent sampah plastik yang akan dihasilkan oleh jumlah populasi manusia yang terus membengkak hingga jumlahnya sudah melampauai 7 milyar saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun