Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Sampai Kapan Kantong Plastik Dipermainkan?

15 Januari 2019   03:02 Diperbarui: 15 Januari 2019   12:21 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Mengulur Mimpi. Sumber: Pribadi

Presiden Joko Widodo sangat serius sikapi sampah Indonesia, terbukti selama pemerintahannya sudah dua kali melakukan rapat terbatas (ratas) kabinet kerja membahas masalah sampah yang mendera Indonesia. Ratas pertama di Kantor Presiden, Jakarta (23/6/2015) dan Ratas kedua membahas Penanggulangan Sampah Sungai Citarum di Bandung. (16/1/18).

Indonesia menjadi sorotan dunia, menurut riset seorang peneliti dari Universitas Georgia, Jenna Jambeck tahun 2015 lalu, Indonesia sendiri merupakan penyumbang sampah plastik ke lautan terbesar kedua di dunia setelah China. Mari petik hikmah dan motivasi dari Jenna Jambeck.

Bersyukur dan berterima kasilah pada Mrs. Jenna, karena Jenna banyak yang memanfaatkan situasi sekaligus terinspirasi. Banyak oknum menempel dan memanfaatkan sampah, tiba-tiba hebat dalam persampahan. Ada aktivis, pemerhati dan penggiat persampahan dadakan. Artis, model, bayi, anak muda, pengamat dan lainnya tiba-tiba menjadi pemerhati sampah yang dipaksakan "pintar" sekaligus dieksploitir. Juga ada ahli sampah, tiba-tiba jadi bodoh dan menyandera dirinya karena akibat fulus, kepentingan ekonomi, bisnis, politik dan sekedar pencitraan.

Sangat disayangkan adanya oknum lintas kementerian yang ikut menangani sampah, sepertinya tidak mampu berbuat apa-apa pasca Ratas Kabinet Kerja dalam menemukan solusi sampah. Semakin berbuat keliru dan keliru serta membingungkan dirinya dan masyarakat. Makna ramah lingkungan dipersempit, ahirnya mempersempit dirinya sendiri.

Benarkah para pembantu Presiden Jokowi sudah mati akal dan putus urat malunya ? Benarkah semua ini akibat ulah oknumnya sendiri untuk menutup kebijakan tempo doeloe yang salah ? Benarkah pemerintah pusat mendorong pemerintah provinsi dan pemerintah daerah untuk mengeluarkan kebijakan pengurangan, eh bahkan substansi pasal demi pasal sesungguhnya melarang penggunaan kantong plastik, ps-foam dan sedotan plastik ? 

Bahkan kebablasan menulis dalam kebijakannya "plastik sekali pakai". Benarkah kantong plastik itu sekali pakai ? Lalu bagaimana nasib plastik sekali pakai lainnya yang juga tidak kalah volumenya, akankah jadi tumbal atas keserakahan manusia.

Jelas plastik tidak akan jadi tumbal, kecuali manusia yang jadi tumbalnya. Plastik tidak bersalah. Pemerintah dan pemda keliru "melarang memakai produk dengan alasan mengurangi sampah plastik". Seharusnya sampah plastik yang "dikendalikan atau dikelola" pada sumber timbulannya atau melalui aplikasi Pasal 13 dan Pasal 45 UU. No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.

Perda dan Perwali Larangan Penggunaan Kantong Plastik ini berpotensi mengganggu iklim ekonomi dan investasi termasuk akan melumpuhkan industri daur ulang plastik yang berakibat pada tenaga kerja dll. Jadi jelas kebijakan ini tidaklah ramah lingkungan secara komprehensif. Malah akan merusak sendi-sendi ekonomi bangsa dan berefek negatif kepada rakyat atau konsumen itu sendiri.

Yakin seyakinnya bahwa para pemain tersebut tidak akan kekal dalam sandiwaranya, kekuasaan Anda sangat sementara. Saat ini dalam episode kedua. Walau kelihatannya para pemainnya sudah berada pada napas-napas dipaksakan dengan bukti strategi yang mudah terbaca. Waspadalah, dunia akan mencemohmu, karena ulahmu sendiri sebagai badut pentasnya.

Sampai kapan Anda memanfaatkan issu plastik serta berhenti dan mengubur mimpi?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun