Jika kamu mencari destinasi wisata alam yang tidak hanya memanjakan mata tapi juga menguji adrenalin, Gunung Guntur di Garut, Jawa Barat, adalah jawaban yang tepat. Gunung setinggi 2.249 meter di atas permukaan laut ini memang tidak setenar Semeru atau Rinjani, tapi menyimpan keindahan dan sejarah geologi yang luar biasa. Dikenal sebagai "Gunung Merapi-nya Garut", Guntur pernah menjadi salah satu gunung berapi paling aktif di Jawa Barat pada abad ke-19. Kini, ia berubah menjadi tempat favorit bagi pecinta alam, pendaki, dan fotografer lanskap.
Eksotisme Gunung Guntur: Di Antara Padang Savana dan Kawah Sunyi
Salah satu daya tarik utama Gunung Guntur adalah lanskapnya yang sangat kontras. Jalur pendakiannya didominasi oleh padang rumput luas, bebatuan vulkanik, dan sesekali jejak kawah lama. Saat musim kemarau, savana Guntur akan berubah menjadi hamparan keemasan, mengingatkan pada pemandangan Afrika. Sementara saat musim hujan, bukit-bukitnya ditutupi karpet hijau yang menyegarkan mata.
Dari puncak, panorama yang disuguhkan sungguh menakjubkan. Terhampar kota Garut di kejauhan, Gunung Cikuray menjulang di sisi selatan, serta Gunung Papandayan yang terlihat samar di kejauhan. Jika beruntung, kamu bisa menyaksikan lautan awan saat fajar menyingsing, membuat perjuangan mendaki semalaman menjadi sangat sepadan.
Jalur Pendakian: Menantang Tapi Menggoda
Gunung Guntur dikenal memiliki jalur yang cukup terjal dan terbuka, dengan sedikit pepohonan. Ini membuat perjalanan cukup menguras energi, terutama di siang hari ketika matahari menyengat langsung ke tubuh. Namun, justru itulah yang membuat pendakian ke Guntur menjadi pengalaman penuh tantangan.
Umumnya, pendakian dimulai dari Pos Citiis, yang juga menjadi tempat registrasi. Dari sini, pendaki akan melewati empat pos utama sebelum mencapai puncak. Di Pos 3 terdapat area camping yang cukup luas dan menjadi tempat favorit untuk bermalam. Banyak pendaki memilih mendaki sore hari dan berkemah di sini untuk mengejar sunrise keesokan paginya.
Perlu dicatat bahwa meski jalurnya tergolong pendek---sekitar 4 hingga 5 jam untuk sampai puncak---tingkat kemiringan medannya cukup ekstrem. Beberapa bagian memiliki kemiringan lebih dari 45 derajat. Oleh karena itu, persiapan fisik dan mental menjadi sangat penting sebelum mendaki.
Kisah Sejarah dan Geologi Gunung Guntur
Gunung Guntur bukan hanya menawarkan pemandangan, tapi juga menyimpan kisah geologi yang menarik. Letusan besar terakhirnya terjadi pada abad ke-19, dan sejak itu aktivitas vulkaniknya menurun. Jejak letusan tersebut masih bisa dilihat dari batuan vulkanik besar yang tersebar di jalur pendakian.
Di masa lalu, letusan Guntur sangat ditakuti karena debunya bisa mencapai wilayah Bandung. Bahkan, catatan kolonial Belanda menyebut Gunung Guntur sebagai salah satu gunung paling aktif di Pulau Jawa. Kini, gunung ini berada dalam status "aktif normal" dan menjadi objek penelitian vulkanologi serta destinasi wisata alam yang aman untuk dikunjungi.
Tips Mendaki Gunung Guntur