Mohon tunggu...
Hasanul Mutawakkilin
Hasanul Mutawakkilin Mohon Tunggu... Jurnalis - -

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tidak Ada Kata "Bodoh" dalam Diri Seorang Siswa

3 Oktober 2018   23:26 Diperbarui: 3 Oktober 2018   23:40 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak Ada kata "Bodoh" Di dalam Diri Seorang Siswa

Selama ini mungkin kita sering membedakan teman-teman kelas kita yang ada di sekolah dalam dua hal, yaitu "siswa yang bodoh atau pintar". Pendapat kita tentang hal ini memang bukanlah sebuah kesalahan, namun hal itu sangat perlu diluruskan. Karena sejatinya tak ada kata bodoh dalam kamus seorang siswa. 

Sebagaimana yang telah tercantum dalam kitab suci Al-Quran surat Al-baqarah ayat 30 yang kurang lebih artinya, "manusia hendak dijadikan khalifah di bumi ini". Maksud dari ayat ini yaitu manusia diturunkan ke bumi untuk memanfaatkan segala hal yang ada didalam bumi dengan baik dan benar. Oleh karena itu Allah memberi kita dua alat yang sangat canggih yaitu akal dan hati yang tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan Allah lainnya.

Dari pernyataan di atas, kita bisa berfikir bahwasannya tidak ada kata "bodoh" yang melekat pada dalam diri seorang siswa. Melainkan siswa tersebut tidak bisa memanfaatkan apa yang telah dianugrahkan oleh Allah Swt kepadanya. Salah satu buktinya yaitu adanya rasa malas yang selalu melekat dalam diri seorang siswa. 

Barang kali salah satu diantara kalian pernah mendapati atau bahkan pernah merasakan bahwasannya jika hari senin akan tiba, maka seakan-akan kita hendak bertemu dengan sebuah makhluk yang menyeramkan sehingga akan merasa 'ngeri' bagi orang yang melihatnya. Bahkan ada juga yang sampai membuat tubuh gemetaran, keringat dingin keluar, serta tulang-belulang yang tiba-tiba menjadi lemas. Selalu muncul harapan di dalam hati sebuah hasrat yang berkeinginan hari minggu diperpanjang lagi, kalau perlu semua hari menjadi tanggal merah seperti hari minggu.

    Pada saat matahari telah tampak dari tempat persembunyiannya, kicauan burung telah terdengar dimana-mana, diwaktu itulah hari senin telah tiba. Sebuah waktu yang benar-benar menyiksa. Bangun pagi hari dikala cuaca masih dingin dan udara masih berselimut kabut sudah harus mandi pagi, seolah-olah kita merasa anti air, sarapan pagi yang nggak nikmat, masuk angkot yang penuh asap rokok. Belum cukup disitu penderitaan berakhir, di gerbang sekolah telah siap siaga guru BK yang udah pasang wajah serem bin menyeramkan layaknya singa yang siap menerkan mangsanya. Senyum palsu selalu tampak di muka mereka karena siap memberi hukuman bagi yang melanggar peraturan. Sehingga selama jam pelajaran berlangsung siswa menjadi malas mengikuti jalannya kegiatan pembelajaran yang membuat mereka tidak mengerti sama sekali pelajaran yang telah diajarkan oleh seorang guru. Dilihat dari dalam hal ini, kita tidak dapat memutuskan bahwa siswa-siswa yang tidak memahami pelajaran dengan benar denagn sebutan siswa "bodoh", melainkan siswa yang belum bisa memanfaatkan otak dan hati yang telah diberikan oleh Allah Swt.

    Dalam hal ini, guru BK seharusnya menjadi sosok yang paling penting, karena sejatinya guru BK mempunyai kompetensi kepribadian yang telah dijelaskan dalam standar nasional pendidikan pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Penjelasan tersebut mencakup Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih, dengan rincian: (1)mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi, (2) menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya, (3) peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya.

Oleh karena itu, guru BK harusnya mampu mengubah cara pandang semua orang yang mengatakan adanya siswa "bodoh" di sekolah. Hendaknya mereka mengubah persepsi tersebut dengan julukan yang lebih halus sehingga tidak sampai menyakiti hati orang lain terutama siswa itu sendiri. Seperti kalimat "siswa bodoh" yang bisa dirubah dengan kalimat "siswa yang belum memahami pelajaran dengan baik".

   

 

    

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun