Mohon tunggu...
Hasan Arbi
Hasan Arbi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eksistensi Tradisi "Lufu Kie'' Tidore pada Era Modern

7 Desember 2017   23:13 Diperbarui: 8 Desember 2017   02:26 2648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: deddyhuang.com

            Globalisasi menawarkan nilai baru dalam kebudayaan masyarakat. Penawaran nilai baru yang berbau barat dengan berbagai kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Zaman serba praktis yang memberikan kemudahan bagi seluruh masyarakat menyebabkan kecenderungan masyarakat untuk lebih memilih sesuatu yang praktis dibandingkan dengan sesuatu yang sulit atau ribet. 

Dalam hal ini, tradisi Lufu Kie yang sebelumnya mempunyai rangkaian dengan berziarah ke berbagai tempat keramat, kemudian ditiadakan dengan hanya melakukan sekali jalan tanpa mengelilingi pulau Tidore dan berziarah ke tempat-tempat keramat. Ini menunjukan bahwa masyarakat sekarang mulai memilih atau mengganti tradisi dalam bentuk yang lebih praktis dan mudah. Oleh karena itu, keberadaan tradisi Lufu Kie dalam era modern semakin menipis dan sebentar lagi habis ketika mayoritas masyarakat Tidore menerima zaman modernisasi praktis dan menerapkannya.

            Tidak terlihat perlawanan dan pemertahan tradisi Lufu Kie yang kuat. Jika sekarang telah diubah menjadi Parade Juanga, maka kedepannya generasi seterusnya asing terhadap tradisi Lufu Kie. Namun, bukan tidak mungkin bila kebijakan Pemerintah Kota Tidore serta Kesultanan Tidore menerapkan kembali tradisi ini demi menunjukan loyalitas terhadap leluhur. 

Akan tetapi, selain memberikan dampak negatif, globalisasi juga menawarkan sisi positif, yaitu melalui pariwisata dengan melestarikan kebudayaan serta tradisi yang hampir punah dapat mengundang para turis atau wisatawan dalam rangkaian kegiatan hari jadi Tidore dan tentunya memberikan pemasukan dalam daerah. Pengaruh tourisme terhadap kehidupan tradisional dapat dikategorikan menjadi pengaruh negatif dan pengaruh positif (Sutiyono, 1991: 109). 

Pengaruh negatif menunjukkan telah terjadi profanisasi, komersialisasi, dan pencemaran nilai-nilai tradisional, sedang pengaruh positif menunjukkan bahwa industri pariwisata dapat mengangkat seni tradisional yang hampir punah. Lewat pariwisata juga tradisi Lufu Kie dapat terekspos dan terkenal di seluruh penjuru dunia. Dengan demikian peran pariwisata juga sangat penting dalam mempertahankan serta mempromosikan tradisi dan kebudayaan di Tidore, khususnya Lufu Kie. 

Namun, hal yang ditakutkan adalah Pemerintah Kota Tidore memanfaatkan momentum ini sebagai salah satu cara menambah pemasukan dan melupakan kesakralan ritual dari leluhur, yaitu melakukan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, harus ada kesinambungan dan kordinasi internal antara pihak Kesultanan dan Pemerintah Kota Tidore.

Tantangan Generasi dalam Tradisi

foto: getjob.co.id
foto: getjob.co.id

Pengaruh modernisasi serta globalisasi yang menghadirkan peleburan kebudayaan dalam tradisi Lufu Kie, ada juga pengaruh dari generasi muda. Teori generasi yang dicanangkan pertama kali oleh Sosiolog asal Hungaria bernama Karl Mannheim dalam essainya yang berjudul "The Problem of Generations"pada tahun 1923 yang kemudian dikembangkan oleh William Strauss dan Neil Howe yang mencoba mendefenisikan generasi-generasi yang ada di Amerika dalam buku yang berjudul "Generations: The History of America's Future, 1584 to 2069"pada tahun 1991. 

Menurut Mannheim, generasi adalah sebuah kelompok yang memiliki kesamaan dalam rentang usia, dan berpengalaman mengikuti peristiwa sejarah penting dalam suatu periode waktu yang sama. Oleh sebab itu, Strauss dan Howe mendefenisikan generasi dengan mebedakan rentang usia sebagai tolak ukur. Strauss dan Howe, menyatakan bahwa terdapat lima generasi setelah Perang Dunia II, yaitu generasi Baby Boomersyang lahir pada 1946-1964,generasi X yang lahir pada 1965-1980, generasi Y yang lahir pada 1981-1994, generasi Z yang lahir pada 1995-2009, dan Generasi Alpha yang lahir pada tahun 2010-2025. Melalui teori generasi tersebut dapat diketahui generasi yang memimpin Indonesia pada umumnya dan Tidore pada khususnya.

Generasi yang sekarang lebih banyak berperan adalah generasi Y, generasi yang sudah mengenal internet dan dipengaruhi oleh revolusi industrialisasi. Oleh sebab itu, generasi Y sudah dipengaruhi oleh gelombang globalilasi yang menggema pada zaman pasca kemerdekaan. Namun, Generasi Y tidak total dalam terjun ke kebudayaan barat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun