Mohon tunggu...
Rena Siva
Rena Siva Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

https://www.wattpad.com/user/Rena_Siva Instagram : rena_siva08 Salam kenal. Terima kasih sudah mampir ke blog saya. Hanya satu pesan jangan menyalin karya saya tanpa izin ya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Tak Ada Bunga Terakhir untuk Sofia

11 Januari 2018   15:37 Diperbarui: 12 Januari 2018   17:35 1368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: harivalzayuka.com

Dialah Sofia, kekasihku. Gadis manis yang terlahir menjadi penjelajah. 

Hampir seluruh kota di Indonesia pernah dia singgahi walaupun hanya sesaat. Aku tak pernah menyangka akan dipertemukan olehnya lewat cara yang sangat unik beberapa tahun yang lalu.

Kami tak sengaja bertemu saat aku menjadi penumpang di pesawat tempat dia bekerja. Dia memanggiku dengan sebutan 'mbak' tanpa tahu bahwa diriku laki-laki tulen. Dia langsung dilanda panik saat aku berbalik menghadapnya. 

Aku tersenyum geli ketika dia berulang kali minta maaf dihadapanku. Entah karena masih berstatus pramugari junior atau terpesona akan ketampananku, dia selalu menundukan kepala ketika aku melintas di depannya setelah peristiwa salah panggil itu.

Lewat pertemuan itulah aku mulai memberanikan untuk berkenalan walaupun sebenarnya itu bukan pertama kali kami dipertemukan karena aku sudah menjadi langganan pesawatnya saat aku pulang ke kampung halamanku di Lombok.

"Apa kamu jadi pergi?" tanyanya.

"Ya. Kenapa?"

Ada hembusan nafas berat yang kudengar darinya. Aku tahu dia pasti khawatir dengan rencanaku ini. Dua hari lagi aku akan mendaki Gunung Rinjani. Dia sudah tahu jika aku adalah seorang Pendaki, entah sudah berapa gunung yang aku daki. 

Aku tak mau menghitungnya tapi Sofia tahu berapa jumlah gunung yang sudah aku taklukan. Dan dia selalu khawatir saat aku akan pamit pergi.

"Jangan lupa kamu bawakan bunga itu untukku," jawabnya mantap membuatku terkejut.

"Hah? Kukira kamu cemas padaku ternyata perkiraanku salah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun