Mohon tunggu...
Pak STO
Pak STO Mohon Tunggu... -

Salesman | penikmat dan pencinta bola | menyukai pariwisata | suka nulis

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Merajut Asa Tuan Rumah PON 2024

6 Maret 2018   10:59 Diperbarui: 8 Maret 2018   12:38 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum KONI Kalsel, Bambang Heri Purnama menyerahkan berkas kesediaan Kalsel sebagai tuan rumah PON XXI2024 kepada perwkilan KONI Pusat di Jakarta, belum lama tadi. (konikalsel.or.id)

Pendaftaran calon tuan rumah Pekan Olahraga Nasional XXI tahun 2024 telah resmi ditutup pada 30 Nopember 2017 lalu. Tercatat empat provinsi dan pasangan provinsi mendaftar sebagai calon tuan rumah perhelatan olahraga paling akbar di negeri kita ini. Keempat pendaftar tersebut adalah Provinsi Kalimantan Selatan dan  Sumatera Barat sebagai calon mandiri, sedangkan Sumatera Utara bersama Nanggroe Aceh Darussalam, Bali bersama Nusa Tenggara Barat mencalonkan diri sebagai tuan rumah bersama. Kini keempat kandidat sedang menanti tahapan berikutnya yaitu verifikasi oleh Tim Penjaringan Tuan Rumah PON 2024. Hasil verifikasi seanjutnya akan dibawa ke Musyawarah Olahraga Nasional Luar Biasa (Musornaslub) KONI dan selanjutnya akan diputuskan oleh pemerintah siapa yang berhak menjadi tuan rumah.

Menurut Suwarno, Wakil Ketua Umum KONI Pusat sekaligus Ketua Tim Penjaringan Tuan Rumah PON 2024, ada tiga hal yang patut diperhatikan sebagai calon tuan rumah, yaitu sarana dan prasarana, tenaga administrasi dan prestasi atletnya. Selain itu, calon tuan rumah juga harus memiliki program jangka panjang untuk menghadapi PON 2024. Selain menyiapkan venue berstandar nasional, tentu tuan rumah juga harus menyiapkan kontingen terbaiknya supaya tuan rumah tidak hanya menjadi tukang mengalungkan medali bagi peserta lain.

Menakar Peluang

Adalah sebuah kebanggaan bagi sebuah provinsi untuk menjadi tuan rumah pesta olah raga nasional terbesar yang digelar empat tahunan ini. Tentu hal ini tidaklah mudah. Calon tuan rumah harus bersaing dengan kandidat melalui tahapan bidding yang diawali dengan pendaftaran dan menyetor biaya pendaftaran 1 Milyar serta uang jaminan 5 Milyar Rupiah. Uang jaminan ini akan dikembalikan jika kandidat tidak berhasil terpilih.

Sebelum PON XVI  Sumatera Selatan 2004, praktis tuan rumah yang berasal dari luar Pulau Jawa hanya Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan, masing-masing menjadi tuan rumah pada PON III (1953) dan PON IV (1957). Pada penyelenggaraan PON selanjutnya tuan rumah selalu didominasi propinsi dari Pulau Jawa yaitu DKI Jakarta,  Jawa Barat dan Jawa Timur.  

Gubernur Kalimantan Selatan H. Sahbirin Noor dalam berbagai kesempatan selalu menegaskan bahwa dirinya serius ingin Kalimantan Selatan mejadi tuan rumah PON XXI 2024. Seperti telah dijelaskan di atas, berbicara masalah PON tentu tidak bisa lepas dari kesiapan venue dan sarana pertandingan lainnya. Tuan rumah harus menyiapkan venue minimal bertaraf nasional. Melihat kondisi saat ini, propinsi yang memiliki 13 kabupaten/kota ini sangat minim dengan venue bertaraf nasional. Hal ini menjadi pekerjaan rumah yang cukup serius. Memang betul tuan rumah PON ditentukan 6 tahun sebelum waktu penyelenggaraan, namun waktu tersebut tidak akan cukup jika tidak dipersiapkan dengan matang dan serius.

Untuk sarana olah raga ini, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan telah menyiapkan lahan seluas 300 Hektar di Banjarbaru untuk membangun Sport Centeryang nantinya dipergunakan sebagai venue pertandingan seandainya Kalimantan Selatan terpilih sebagai tuan rumah.  

Dari sisi prestasi atlet, pada perhelatan PON XIX Jawa Barat  2016, Kontingen Kalimantan Selatan memperoleh 9 medali emas, 10 perak dan 18 perunggu, menempati peringkat 16 dari 34 provinsi. Pencapaian ini meningkat dibandingkan PON sebelumnya di Riau dimana Kalimantan Selatan menempati peringkat 19 dengan 5 emas, 12 perak dan 19 perunggu. Meski tidak berhasil mencapai target yang dibebankan oleh KONI Kalsel, tapi dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana latihan, pencapaian medali pada PON XIX Jawa Barat 2016 ini patut mendapat apresiasi.

Multiplier Effect

Selain kebanggaan menjadi tuan rumah PON, tentu tuan rumah ingin mendapatkan manfaat dari kegiatan ini. Multiplier effect ini diharapkan terjadi baik pada saat maupun setelah penyelenggaraan event. Kedatangan ribuan atlet dan offisial dari provinsi seluruh Indonesia tentu akan membawa dampak ekonomi yang luar biasa besar. Hotel, penginapan, rumah makan, pariwisata, souvenir dan cenderamata akan menjadi efek positif yang dinikmati tuan rumah. Sebagaimana dikutip laman juaranews.com, panitia PON XIX 2016 Jawa Barat 2,5 Milyar Rupiah untuk pembuatan souvenir. Tentu ini menjadi berkah tersendiri bagi pelaku industri kerajinan daerah setempat.

Kedatangan ribuan atlet dan offisial, siaran langsung televisi, tentu juga membawa manfaat promosi yang efektif bagi tuan rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun